Senin, 10 Oktober 2011

Kontrakan Birahi 3B | Kehangatan Suami Tetangga


Panas sekali kepala penis mas Manto ketika kurasakan pada bibir vaginaku. Begitu kepala penis itu sudah berhasil masuk seluruhnya, rasanya begitu nikmat, berdenyut hebat seiring detak jantungnya.


Didorongkannya batang hitam berbonggol itu maju, masuk lebih jauh kedalam lubang tubuhku. Beruntung karena cairan kenikmatanku yang sudah banyak keluar, batang penis mas Manto dapat dengan mudah masuk ditelan vaginaku.

Selagi kepala penis mas Manto menggaruk dinding vaginaku, tonjolan urat yang mengitari batang hitam penis mas Manto, juga mulai menggelitik bibir vaginaku. Nikmat sekali. Dan hanya dalam waktu singkat, separuh dari total panjang penis mas Manto, sudah berhasil masuk, memenuhi vagina sempitku.

Sejenak, mas Manto mendiamkan batang gemuknya, mencoba merasakan kenikmatan denyutan dinding vaginaku mengempot batang penisnya.

“Empotan memek kamu memang nggak ada duanya dek…”ujar mas Manto, memecah keheningan diantara kami.
”Hmmm…sshhhh…terus mas…Oooouuugggghhh”
“Enak dek?”
“Hoo...oouugghhhhhh” ucapku sambil menganggukkan kepalaku.

Tangan mas segera memegang sisi pinggangku. Dan dengan sekali hentakan keras, ia menghujamkan penisnya yang berukuran ekstra itu dalam-dalam.

“PLEK” suara paha kami bertabrakan.

“OOoouuuggghhhhh masss…ampun” sedikit kurasakan sakit ketika batang penis yang berukuran ekstra itu dapat melesak, ambles tertelan liang vaginaku. Kugigit bibir bawahku, menahan supaya rintih kenikmatanku sedikit teredam.

Mas Manto kembali mendiamkan gerakan sodokan batang penisnya, mencoba merasakan empotan dinding vaginaku pada batang penisnya. Namun, dengan diamnya mas Manto, malah membuat rasa gatal pada vaginaku semakin menjadi-jadi. Aku menginginkan agar batang berbonggol milik suami tetanggaku itu segera mengaduk-aduk liang vaginaku. Aku berinisiatif, tanpa diminta mas Manto, mulai memaju mundurkan pinggulku, berusaha supaya kepala penis mas Manto dapat menggaruk dan menghilangkan gatal birahiku.

Ternyata, Mas Manto juga menginginkan hal yang sama. Ia juga menginginkan segera mencapai kenikmatan duniawi ini. Batang penis yang penuh urat itu mulai ia tarik mundur perlahan sampai keleher kepala penisnya yang hanya terbenam dalam liang vaginaku. Lalu kembali, ia dorongkan masuk perlahan. Maju, mundur, maju, mundur dengan tempo yang semakin lama semakin cepat.

“Shhhss…mas…enak banget….” Desahku lirih “ Entotin memek adek mas…entotin yang kenceng…”

Merasakan geli dan kenikmatan batang penis mas Manto, liang vaginaku pun segera beraksi. Lendir licinku mulai membajir dan keluar tak henti-hentinya. Busa khas berwarna putih hasil perzinahan alat kelamin kami pun segera muncul, melumasi kelamin kami masing-masing supaya dapat keluar masuk dengan nyaman. Dinding vaginaku juga mulai berkedut hebat dan meremas batang penis mas Manto sekuat mungkin.

Seperti kesetanan, karena lama tak bersetubuh denganku, mas Manto menghajar liang vaginaku keras-keras. Menyodokkan batang penisnya yang berukuran ekstra itu dalam-dalam dan ingin segera menumpahkan benih-benihnya dalam vaginaku.

Payudara 36C-ku yang tak lagi terbungkus bra juga mulai bergoyang dengan kencang. Sampai terkadang menampar daguku, ketika aku mencoba menundukkan kepala tuk melihat goyangan badan mas Manto dari bawah.

Dengan satu tangan, kuraih tangan mas Manto yang ada di samping pinggangku dan memindahkannya ke payudaraku. Memintanya segera meremas dan mempermainkan putting susuku. Walau tak seluruh daging kenyalku dapat ia tampung dengan tangan kasarnya, mas Manto tepat saja mencoba meremas seluruh permukaan kulit payudaraku. Sambil sesekali, ia mencubit, memelintir dan menarik puting susuku kesamping.

“PLEK…PLEK…PLEK…” suara persetubuhan kami menggema di seluruh ruangan toilet depot ini.

Tubrukan pantatku dan paha mas Manto, benar-benar kencang sampai mendorong tubuhku maju menabrak bak mandi toilet. Sungguh kuat sodokannya, sampai terkadang, walau aku mencengkeram bibir bak toilet, aku merasa kewalahan untuk dapat mempertahankan posisi nunggingku. Perzinahan yang sangat nikmat, bahkan saking nikmatnya, tak mampu ku ungkapkan dengan kata-kata.

Aku tak pernah mengerti, entah kenapa, kurasakan sensasi yang sangat berbeda setiap aku bersetubuh dengan mas Manto. Dari batang hitamnya, kurasakan kenikmatan yang tak pernah kudapat dari penis suamiku. Permainan kasar mas Manto selalu dapat membawaku terbang ke nirwana kenikmatan. Selalu dapat membuatku menggelijang geli dan cepat menghadiahkan orgasme untukku.

Berbeda jika aku bersetubuh dengan suamiku. Walau terkadang mas Andri juga melakukan persetubuhan yang kasar dan buas, namun entah kenapa, ia tak pernah dapat memberiku kenikmatan seperti jika aku berzinah dengan suami tetanggaku ini. Entah karena perbedaan ukuran batang penis, perbedaan stamina, perbedaan cara bermain, atau perbedaan perlakuannya terhadapku.

“PLEK…PLEK…PLEK…” suara tepukan tubuh kami begitu keras. Begitu nyaring.

Seolah telah tenggelam dalam kenikmatan perzinahan ini, kami sama sekali tak memperdulikan semua suara dan kegaduhan yang kami lakukan. Masa bodoh, jika ada orang yang tahu.

“OOOuuugggghhhh…sssshhhh…terus mas” desahku.
“Enak dek?”
“Enak banget mas…terus mas… sodok memek adek dengan kontol hitammu”
“Dek Lianiku…”
“Kencengan mas…lebih kencengan lagi…sodok lebih kenceng lagi…”
“Kamu suka ya dek disodok kontol besarku”
“Iya mas…adek suka banget sama kontol besar kamu mas…enak banget”
“Enak mana ama kontol suamimu dek?”
“Oouugghh........” Aku tak mampu menjawab, hanya dapat mendesahkan dengus kenikmatan.
“Pasti enakan kontolku ya dek?”
“Shhh……………” Aku hanya diam membisu, melenguh keenakan.

Karena aku tak menjawab pertanyaan yang ia berikan, mas Manto menghentikan goyangannya, dan membiarkan seluruh batang penisnya amblas, tertelan liang vaginaku. Ia mematung, sama sekali tak bergerak. Hanya kedua tangannya yang masih aktif meremas dan mencubit puting susuku perlahan.

“Mas…ayo goyangin lagi…sodok memek adek lebih kenceng lagi…”
“………………...” mas Manto tetap berdiri diam.
“Ayo mas…jangan berhenti…memek adek sudah gatel banget…adek udah mau keluar nih…ayo mas” ujarku sambil memaju mundurkan pinggulku sendiri.
“Gak mau ahh…jawab dulu…enakan mana? Kontolku atau kontol suamimu?

Kuanggukkan kepalaku pelan sambil mencengkeram pantat hitam mas Manto.
“Ayo mas…buruan sodok memek adek mas …adek udah mau keluar”
“Jawab dulu…”
Karena ingin segera mendapatkan orgasme, tanpa malu ku berucap “….KONTOL KAMU mas…KONTOL KAMU yang paling enak…kontol mas Andri nggak ada apa-apanya kalo dibandingin KONTOL HITAMmu…” teriakku lantang.

“Hehehehehe…nah gitu donk…khan jadi seneng ndengernya… pegangan dek”

Mendengar jawabanku yang begitu tegas, mas Manto menjadi makin beringas. Seolah kesetanan, mas Manto menggempur liang vaginaku dengan batang penisnya sekencang mungkin. Menyodok dalam-dalam dan menusuknya secepat mungkin.
Tak terhitung lagi, berapa banyak sodokan yang telah batang penisnya lakukan pada liang vaginaku beberapa menit terakhir ini.

Sangat cepat. Seperti tak mau memberikan jeda sedikitpun, mas Manto menusukkan batang hitamnya berulang kali bak lengan alu ketika menumbuk padi. Menghajar lubang vaginaku tanpa ampun.

Cairan vaginaku semakin keluar tanpa henti. Melumasi kelamin kami masing-masing. Busa putihku pun tak henti-hentinya melumuri sekujur batang penis mas Manto, menandakan kenikmatan yang kurasakan pada liang vaginaku benar-benar dahsyat. Sungguh nikmat. bahkan, tak sedikit, cairan pelumas yang keluar dari liang vaginaku mengalir turun merayap ke paha dalamku, dan terus turun ke belakang lutut dan betisku.

Perlahan, rasa hangat dari dalam perutku mulai timbul.

Rasa hangat yang khas ketika orgasme itu akan datang, mulai turun kearah rahimku. Menggelitik setiap mili rongga vaginaku seiring sodokan penis besar mas Manto. Bergetar badanku, merasakan orgasme yang bakal menyembur kuat dari dalam rahimku.

“Adek mau keluar mas…adek mau keluar” Ku tancapkan kuku jemariku dalam-dalam ke paha kanan mas Manto.
Ternyata, hal serupa juga dirasakan oleh mas Manto. “Mas juga dek…mas juga mau keluar…mas mau NGECROT di dalam memek kamu” jawabnya sambil makin mempercepat goyangan pinggulnya.

Tangan kasarnya pun tak mau kalah, meremas dan menyiksa payudaraku. Ditariknya kedua gumpalan daging yang tumbuh di dadaku ke belakang, sambil terus memilin putting susuku yang semakin mencuat keras.

Karena sudah tak sabar ingin merasakan kenikmatan orgasme, aku tak dapat banyak berbuat apa-apa. Aku hanya bisa melenguh keenakan sambil terus mencengkeram paha kanan mas Manto kuat-kuat.

Mas Manto mendadak melepas remasan tangannya di kedua payudaraku, lalu berpindah mencengkeram pinggulku erat-erat. Semakin cepat mas Manto menggoyangan pinggulnya maju mundur. Membentur-benturkan pahanya dengan keras kepantatku, sehingga suara tepukan tubuh kami semakin keras membahana.

Suara kecapan cairan lendir vaginaku yang keluar juga semakin renyah, berkecipak seiring tusukan tajam penis mas Manto.
“Terus mas…sodok lebih cepat lagi mas…terus”
“Iya dek…”

Ingin segera mendapat kepuasan birahi, kuremas sendiri payudaraku yang berayun bebas dibawah bra hijauku, sembari kupelintir dan kucubit-cubit putting susuku yang juga semakin keras mengacung. Tanganku pun mulai bermain dengan kedua buah payudaraku yang berayun bebas. Selain itu, aku juga mulai memainkan biji kelentitku, ku usap dan kugelilitk dengan ujung jariku. Nikmat sekali.

“Ohh…mas…adek mau keluar mas…” kulepas biji kelentitku, dan kembali kucengkeram paha kanan mas Manto. Kuminta mas Manto semakin mempercepat gerakan tubuhnya. Dan…

“Ooouugghh…oouuhhh…ooouuhhh…maassss…aku keelllluuuaaAARRrrgghhmmpppfff” teriakku.

Buru-buru mas Manto melepaskan cengkeram tangannya di pinggangku dan segera membungkam mulutku, menjaga supaya teriakkan orgasmeku tak keluar dengan lantang.

“OOooooouuuuuggggghhhhhmmmmm”

Tubuhku mengejang-ngejang, membusur jauh kedepan. Tangan kananku mencengkeram pinggang mas Manto yang ada dibelakangku. Kutancapkan kuku-kuku panjang jemariku di kulitnya hingga membekas merah.

Aku orgasme.

Kembali kurasakan orgasme dahsyat yang kuperoleh dari suami tetanggaku.

Lututku tiba-tiba melemas dan kakiku seolah kehilangan tenaganya. Badanku bergetar dengan hebat, mirip orang terkena epilepsy. Melihat orgasme dahsyatku, mas Manto langsung mendekap perutku, berusaha menahan tubuhku agar tak langsung jatuh kelantai toilet. Vaginaku berdenyut begitu hebat, mencengkeram, meremas dan mengempot batang penis mas Manto yang masih keluar masuk dengan cepatnya.

Bertubi-tubi, batang besar panjang berwarna hitam itu masih terus dihujamkan oleh pemiliknya kedalam liang vaginaku yang berwarna pink kemerahan. Sampai akhirnya.
“OOOooooohhhhhh……aku juga keluar dek…oooohhhh”

CROOOT…CROOTT….CROTTT”

Mas Manto orgasme.

Cairan kental panas dari batang penis berurat mas Manto langsung membanjiri rongga rahimku. Tujuh semburan kencang kurasakan menyemprot tanpa henti. Jutaan benih sperma segar milik suami tetanggaku, ia keluarkan di dalam vaginaku dan membanjiri rongga rahimku. Bahkan saking banyaknya, rongga vaginaku tak mampu menampung seluruh benih kenikmatan itu. Karena tak lama, kurasakan banyak sperma mas Manto mulai keluar dari vaginaku, merayap turun kearah paha dalam dan belakang betisku.

“OOooouuugghhhh…” ucapku lagi, merasakan sensasi hangat pada rongga rahimku..

“Memek kamu enak banget dek…peret abis” ucap mas Manto sambil masih menghentak-hentakkan pinggulnya maju. Menghabiskan sisa-sisa sperma dan tenaga birahinya. Keringatnya membanjir, membasahi kening dan lehernya. Nafasnya pendek-pendek, ngos-ngosan, mirip orang yang baru saja menyelesaikan lari marathon.

“Aku sayang kamu dek”
“Aku juga mas…sayang kamu banget…”
Tanpa mencabut penisnya yang masih berkedut dan mengeluarkan sperma, mas Manto memeluk tubuh mungilku sambil mengecup tengkukku “ Makasie ya dek Lianiku…”

Nyaman sekali rasanya, dipeluk pasangan zinahku yang telah cukup lama menahan diri untuk tak menyetubuhiku. Dari pelukkannya, dapat kurasakan perhatian yang begitu besar dari mas Manto. Walau hanya dari persetubuhan yang berjalan kurang dari 3 menit ini, aku dapat mengerti betapa kangennya dirinya terhadapku. Hampir semenit kami berpelukan tanpa mengucapkan suara apapun. Berdiri mematung membiarkan kelamin kami yang masih saling bertautan.

Dengan kondisi pakaian setengah bugil, kami berusaha merasakan sisa-sisa kenikmatan zinah yang baru saja kami lakukan.

***

“CKRIK….”

Samar-samar, aku mendengar suara aneh dari luar toilet Samidi ini. Suara itu begitu pelan, seperti suara jepretan kamera. Pelan, seperti sengaja diredam supaya aku dan mas Manto tak menyadari jika ada seseorang sedang mengambil gambar kami.

“CKRIK….”
Berulang kali, suara aneh itu terdengar lagi. Sepertinya, semenjak beberapa saat setelah mas Manto masuk ke dalam toilet dan menyetubuhiku dengan kasar, suara itu mulai ada, namun karena nikmat yang kurasakan pada bagian bawah tubuhku, aku sama sekali tak menghiraukannya.

“Mas…” bisikku pada mas Manto yang masih mengecup-kecup pundak dan tengkukku.
“Iya…mas juga denger…” bisiknya tenang “Sepertinya ada seseorang yang sedang mengamati kita”
“Tuh khan…kita ketahuan…” bisikku dengan nada yang sedikit meninggi dan mulai agak sewot.
“Tenang dek…anggap saja kita tak mengetahuinya” pinta mas Manto kepadaku sambil perlahan, ia mulai menggoyangkan pinggangnya lagi. Mencoba kembali melesakkan batang penisnya yang masih keras kedalam vaginaku.
“GILA kamu mas…udah ah…kalau itu mas Andri gimana?” bisikku lagi.
“TENANG dek TENANG…”ujarnya santai “Kalau itu suamimu, pasti aku sudah jadi mayat sekarang”

Benar juga dengan apa yang mas Manto katakan, tak mungkin suamiku hanya berdiam diri dan mengintip istrinya ketika sedang bercinta dengan orang lain. Terlebih, tak mungkin suamiku mencuri gambar diriku yang sedang dizinahi orang lain.
“Mas mau beri pelajaran orang itu…” kata mas Manto singkat ”Sepertinya orang itu ada dibalik pintu ini dek…kamu bertingkah normal saja…pura-pura tak tahu”

“Enak banget memek kamu dek…” ucap mas Manto lantang sambil meneruskan goyangan pinggul hitamnya. Mas Manto sepertinya mulai melakukan aktingnya ”Jawab ya sayang…kita pancing dia” bisiknya.
Aku pun menganggukkan kepalaku, menyetujui ide joroknya. “Ooouuuhhh… hmmm… eeennnaakk mas…” jawabku dengan nada merintih keenakan.
“Mas Sodok lagi ya sayang…mas masih pengen ngentotin kamu…”
“Oooouuuggghhh….iya mas…memek adek juga gatel banget…pengen digaruk kontol besarmu…ooohhhmm”

“CKRIK…CKRIK….CKRIK….”

Pelan, suara jepretan camera itupun mulai muncul kembali, seperti mengambil gambar kami secara marathon. Tak mensia-siakan satu moment sedikit pun.

Ditengah tingkah laku akting kami, perlahan aku tundukkan kepalaku, mencoba mencari tahu apa yang terjadi di balik pintu yang ada dibelakangku. Kulihat dari sela-sela kakiku dan kaki mas Manto. Ternyata memang benar, setelah aku perhatikan secara seksama, lubang angin pintu toilet ini dipasang terbalik, sehingga memungkinkan untuk diintip dari luar. Dan daun pintu toilet inipun tak sama dengan tinggi gawang toilet ini, masih sedikit menggantung sekitar 5 cm diatas lantai.

Sebenarnya aku tak perlu khawatir akan keberadaan si pengintip yang ada dibalik pintu toilet ini, karena ia tak dapat mengetahui siapa kami sebenarnya. Aku juga tak perlu malu, karena selain ia berada diluar toilet mandi, hampir seluruh tubuhku juga tak mungkin dapat ia lihat, terhalang oleh tubuh kekar mas Manto.

Tiba-tiba, perasaan aneh itu muncul lagi. Mendadak aku ingin kembali memamerkan aurat tubuhku kepada orang lain selain mas Manto. Aku ingin si pengintip itu tahu siapa aku. Aku ingin si pengintip itu melihat tubuh setengah telanjangku. Aku ingin si pengintip itu masuk, bergabung dan bercinta denganku. Aneh. Benar-benar ide yang aneh.

“PLOP”

Tanpa ada instruksi apapun, mas manto tiba-tiba mencabut batang penisnya yang masih menancap erat di liang vaginaku.
“Ooooooohhhhhh……ssssshhhhh….” Lenguhku seketika begitu merasakan bonggolan batang penis mas Manto ditarik paksa.

Bak polisi yang sedang dalam tugas penyergapan. Mas Manto segera membalikkan badan, dan tanpa mengenakan kembali celananya yang masih teronggok di lantai toilet, ia membuka pintu toilet itu lebar-lebar.

“SEDANG APA KAMU?” gertak mas Manto lantang kepada si pengintip yang berada di balik pintu toilet ini.

1 komentar:

MCBLSTRG mengatakan...

Buat kamu yang gak punya pulsa. Ingin pulsa gratisan? Gabung fanspage facebook Aku Gak Punya Pulsa di

http://www.facebook.com/AkuGakPunyaPulsa

Ceritakan kenapa kamu gak punya pulsa dan dapetin isi ulang pulsa untuk semua operator.

Sebarkan dan buktikan rezeki pulsa bisa kamu dapatkan. Ayo gabung!

Totally Supported by KartuMerah

Posting Komentar

 
;