Senin, 07 Januari 2013 0 komentar

The Power of Love (part 2)


Siang itu, suasana tak terlihat secerah biasanya. Matahari bersembunyi di rimbunan mega mendung yang berwarna putih kehitaman. Angin dingin dan basah berhembus pelan, menerbangkan daun daun kering kearah balkon. Membawa pasir dan debu yang mulai mengotori lantai ubin tempat dimana aku berada.

Sebentar lagi pasti bakal turun hujan...” Kataku dalam hati.
Kuseruput cairan hitam pekat yang ada didalam cangkir putih itu sambil mengamati layar laptopku yang menampilkan laporan pekerjaan yang sedang aku coba selesaikan.
“Kopi hangat memang teman yang cocok untuk menemani  ketika menyelesaikan tugas-tugas kantor”

Kuputar-putar cangkir yang hampir kosong itu ditelapak tanganku, sambil membayangkan sosok wanita yang selalu membuatkan minuman kegemaranku ketika aku mengerjakan pekerjaan kantor.
 “Kopi buatan Sarah memang tak ada duanya... Benar-benar nikmat….” Ucapku dalam hati sambil tersenyum-senyum sendiri.
“Tak hanya kopi buatan Sarah yang nikmat, tapi masakan buatannya pun terasa sangat lezat….”
“Parasnya cantik, tubuhnya seksi, pintar masak, dan pandai mengurus rumah tangga... Pokoknya, dia wanita idaman setiap lelaki…” Pujiku dalam hati.
“Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberiku seorang istri yang sempurna…”
Selasa, 24 Juli 2012 3 komentar

Aku dan Ayah Mertuaku (part 1)


Baru-baru ini aku mendapat sebuah email dari seorang teman wanita yang menceritakan jika ia sangat tertarik untuk dapat melakukan hubungan seks dengan ayah mertuanya. Namun untuk dapat mewujudkan ketertarikan itu, ada beberapa hambatan yang sampai saat ini, temanku itu belum dapat menemukan solusinya.

Selain memikirkan akan adanya dosa, ada satu hal lagi yang mengganjal di hati teman wanitaku. Ia merasa begitu bersalah karena hal itu akan menyakiti dan mengkhianati dua orang yang ia cintai, suami dan ibu mertuanya.

Hmmm… Okelah, hal itu bisa dijadikan hal yang masuk akal mengapa sampai detik ini ia masih tersiksa dengan imajinasi dan keinginan ‘aneh’nya itu.

Tapiiii…. Jika menurut pandanganku, bercinta dengan ayah mertua bukanlah sebuah hal yang patut dipermasalahkan. Tak ada salahnya menantu dan mertua untuk melakukan seks. Selama mereka melakukannya tanpa ada tekanan, paksaan ataupun hal yang dapat saling merugikan antara keduanya.

Terserah kalian akan berpikir seperti apa tentangku, yang jelas aku nyaman melakukan hal ini. Setuju atau tidak, hal itu kembali kepada tujuan, hati, dan pemikiran kalian semua. Bagiku, selama kami (menantu dan mertua) tak mengganggu kepentingan orang lain, hubungan percintaan ini syah-syah saja.

Seperti hal yang telah aku lakukan selama ini.



Minggu, 22 Juli 2012 0 komentar

Haruskah Seperti Ini?


Aku, Rudi, dan istriku, Dian, memiliki selisih usia sekitar 6 tahun. Kami berdua telah menikah selama 5 tahun, dan telah dikaruniai 2 orang anak yang sangat lucu. Aku bekerja sebagai karyawan swasta, dan istriku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kehidupan kami biasa saja, bahkan terlalu biasa.

Awal perkenalan kami adalah ketika kami berdua sama-sama tersesat dalam perjalanan wisata ke Yogjakarta. Dan dari situ, aku merasakan indahnya jatuh cinta kepada calon istriku dipandangan pertama. Karena tak beberapa lama setelah pertemua kami, aku langsung melamar dan menikahinya.

Bagiku, Dian adalah sosok wanita yang sangat cantik. Wajahnya bulat, berambut hitam lurus sepundak, berkulit putih, berkaki panjang dan yang paling membuatku semakin jatuh cinta adalah, senyum dan tatapan matanya, yang mampu membuat dunia seolah berhenti berputar.

Aku pikir, perbedaan usia kami bukanlah sebuah kendala. Sehingga ketika ia berulang tahun ke 18 tahun, sebuah pernikahan sederhana langsung aku persembahkan padanya.

***

“Kita pasti bisa menghadiri acara si Ratu khan mas…?” Tanya Dian dengan senyum andalannya.
Tanpa menjawab pertanyaannya, aku hanya mengangguk sambil membalas senyum istriku.
“Kamu memang suami adek yang paling pengertian…” girang istriku.

Dengan nada yang masih antusias karena kegiranganan, Dian langsung kembali meneruskan acara telephonnya dengan kakaknya.

“Selama kamu senang, aku pun bisa senang dek…” ucapku dalam hati.

Andai saja aku bisa meramalkan kejadian beberapa waktu kedepan, aku pasti tak akan mengijinkan istriku pergi ke acara pernikahan itu. Karena semenjak acara pernikahan itu, semua kisah cinta dan pernikahan kami berubah 180 derajat.

***

Kamis, 12 Juli 2012 1 komentar

Tubuhku... Milikmu... (Part 2)

Penantian kami untuk memamerkan keseksian tubuhku beberapa jam berikutnya, terasa sangat mengecewakan karena tak terjadi apa-apa sama sekali. Aku masih mengenakan gaun tidur seksi, dan Rudi masih berulangkali mengintip-intip dari jendela dengan tirai setengah terbuka .

Sejenak, kami mulai putus asa menantikan kegembiraan lagi dimalam itu, karena tak ada siapapun yang lewat di depan jendela kamar kami.

Namun ketika ada sebuah mobil yang tiba-tiba masuk ke dalam area parkiran hotel dan parkir di dekat kamar kami, rasa senang seolah tiba-tiba ikut muncul dan menarik ujung-ujung bibir kami menjadi sebuah senyum mesum yang cukup aneh.

“Ada orang datang Mi... Dan sepertinya dia datang sendirian...” Ujar Rudi dengan nada riang yang kemudian lari mendekat ke arah pintu depan kamar hotel sambil terus mengawasi pemuda yang baru datang itu.
“Miii... orang yang dateng barusan tuh cowok yang tadi siang onani didepan kamar kita.... Dia masuk kamar dengan meninggalkan pintu mobilnya terbuka… pasti dia bakal kembali untuk mengambil sesuatu..." kata Rudi lagi.

Seperti seorang singa yang melihat rusa gemuk, Rudi pun langsung memutar otak guna mendapatkan perhatian pemuda itu tadi. Dan, tak beberapa lama kemudian, Rudi mendapatkan sebuah ide cemerlang.

"Mia... Aku akan pergi ke mobil dan berpura-pura untuk mengambil barang... lalu aku akan memanggilmu untuk menanyakan sesuatu...” Ucapnya lirih kearahku sambil terus mengawasi kondisi diluar kamar.

“Dan ketika aku memanggilmu, kamu segera melangkah keluar... aku yakin dia pasti akan melihat keseksian tubuhmu dibalik baju tidur transparan itu..." tambahnya sambil tersenyum. 
1 komentar

Marissa dan Dino

Setelah ribuan kali mengalami orgasme palsu, Marissa Sumardi, menelungkup jatuh ke hamparan kasur tebalnya. Henry Sumardi, suami tercintanya terbaring dengan seringai kepuasan bak seorang idiot di wajah bulatnya. Dengan satu tangan, marrisa mengusap lendir yang saat ini keluar dengan deras dari celah kenikmatannya. Lendir yang hanya dikeluarkan oleh suami lemahnya. Oleh karenanya, marrisa sama sekali tak khawatir akan kehamilan.

Walau Henry dan marrisa hanya terpaut sekitar 5 tahunm, namun banyak orang yang mengira jika mereka berdua adalah ayah dan anak. Marissa bertubuh langsing berambut hitam panjang dengan buah dada berukuran D, yang membusung maju kedepan. Ia sengaja mati-matian menjaga bentuk tubuhnya sehingga dapat terlihat beberapa tahun lebih muda daripada usianya yang mulai menginjak angka 35 tahun.

Hal yang jauh berbeda, terlihat pada Henry. Tubuh Hendry begitu mungil jika dibandingkan dengan tubuh tinggi marissa, Hendry hanya memiliki tinggi sekitar 155 cm.

perut buncit dengan rambut dada yang selalu ia banggakan. Marissa sadar jika pilihannya selama ini ternyata memang salah. Rambut dada, ternyata bukanlah jaminan seorang pria bakal memuaskan dahaga birahinya di ranjang. Karena setelah Marissa tahu, ternyata penis Henry, tak lebih besar daripada sepotong daging sosis yang biasa ia masak buat Dino, putra kesayangannya.

Alasan kenapa Marissa menikahi Henry, tak lain hanyalah sebatas materi semata. Karena terbukti setelah beberapa bulan Marissa menikah dengan Henry, kelakuan asli Marissa mulai Nampak.
Selasa, 10 Juli 2012 1 komentar

Hadiah Ulang Tahun

“Sayang aku pulang...” Teriak Mia dari teras rumahnya.

Dengan wajah ceria dan kedua tangan yang penuh akan barang belanjaan,  Mia berjalan dengan susah payah kedalam teras rumahnya. Namun karena merasa kesulitan akibat kedua tangannya yang memeluk kantong belanjaan tak bisa digunakan untuk membuka gagang pintu, akhirnya dengan tumit kaki kanannya ia menggerakkan gagang pintu dan menendang pintu depan rumahnya supaya ia bisa masuk

“Kok rumah ini terasa sepi sekali…? Apakah suamiku melupakan hari ulang tahunku…?” Tanya 
Mia dalam hati.

Sembari membawa barang belanjaan, berulang kali  Mia memanggil-manggil suaminya ke seluruh penjuru rumah. Diruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, hingga kamar mandi, namun tak sekalipun suaminya membalas panggilan  Mia. Hingga akhirnya Mia sampai di dapur dan meletakkan semua barang belanjaannya.
“Yup… dia melupakannya…” ucap Mia lagi dalam hati .

Mendadak, dari arah belakang, sepasang tangan lelaki menelungkupkan telapaknya di kedua payudara montok  Mia. Dan dengan secepat kilat,  Mia segera mencari tahu, tangan siapakah itu.
“Iiiihhh….. sayang… ngagetin aja sih….” Kaget  Mia manja, begitu tahu jika tangan yang saat itu mulai meremas pelan payudaranya adalah milik suaminya. “Dari mana aja kamu mas…?” tambahnya lagi.
“Sttt… ikut aku yuk sayang….” Potong Andi, suami Mia sambil berbisik lirih.
“Adduuuuhhh… ada apaan sih…? Mau kasih  Mia kejutan ya…?”
“Udah… buruan tutup mata terus ikutin aku mi… ”
“Kayak anak ABG aja sih pake acara tutup mata segala…”

Jumat, 01 Juni 2012 2 komentar

Tubuhku... Milikmu... (Part 1)

Eksibisionisme atau eksibisionis (sebutan bagi pelakunya) itu adalah perilaku kelainan seksual dimana seseorang doyan/hobi/gemar/demen/suka untuk memamerkan organ pribadi kepada lawan jenis dengan tujuan mendapatkan kepuasaan pribadi.

Apa sih organ pribadi yang biasa dipamerkan? Biasanya, jika eksibisionis tersebut seorang pria, dia akan memamerkan penisnya, walau tak munutup kemungkinan jika ia juga bakal memamerkan organ tubuh lainnya. Dan jika eksibisionis nya seorang wanita, dia akan memamerkan payudara, pantat, kaki, celana dalam dan vaginanya.

Okelah, siapa pun mungkin memiliki sifat suka pamer seperti ini. Tapi bagaimana jadinya jika sifat suka memamerkan ini sedikit lebih parah? Seperti suka memamerkan pasangannya kepada orang lain?  Atau ingin melihat orang lain manatap pasangannya ketika pasangannya sedang bertelanjang badan?

Mungkin ini hanyalah sekedar pertanyaan yang sangat simple. Namun bukan berarti, dari pertanyaan simple, jawabannya juga bakal sesimple itu.

“Makasih ya Mi... kamu udah bisa ngabulin semua permintaan anehku ini…” ujar Rudi, mantan pacarku dulu.
 
Dengan peluh yang masih bercucuran, Rudi kemudian mencabut batang penisnya keluar dari lubang pantatku.

“PLOP”.

 
;