“Haloo…?”
“Sayang, segeralah bersiap-siap… “
“Bersiap? Memangnya kenapa mas ….?”
“Kira-kira 30 menit lagi,
teman-temanku akan segera sampai rumah… kamu siapin makanan buat mereka ya…”
“……..”
“Sayang….? Kamu nyimak nggak sih…?”
“I….iya mas….”
“Yaudah… seperti biasanya ya… sebelum
mas pulang, kamu temenin mereka dulu bentaran….”
“Tapi mas….”
“Udah… mas masih repot… Mas sayang
kamu dek…”
KLIK
“Ya Tuhan, sampai kapan hal ini
bakal berakhir…” Batin Meily sambil meletakkan gagang telephon pada tempatnya.
Dengan lemas, Meily
menatap bayangan tubuhnya yang terpantul dari cermin di dinding. Matanya sayu,
dan raut mukanya terlihat pasrah. Bukan karena memikirkan akan permintaan
suaminya barusan, melainkan, karena memikirkan tentang apa yang akan terjadi setelah
acara makan malam nanti.
Sebenarnya, udah sepatutnyalah bagi seorang istri seperti Meily untuk menyiapkan makanan buat suaminya ketika ia pulang
kerumah. Karena jika dipikir-pikir, permintaan Oly
barusan sama sekali buka masalah untuk dilakukan.
Tugas seorang istri memang harus
mematuhi perintah suami. Tugas seorang istri memang harus menyenangkan
hati suami. Tugas seorang istri memang
harus bisa membantu suami.
“Namun, Apakah
tugas seorang istri juga harus menyiapkan lubang vagina dan pantatnya guna
menjadi sarana pelampiasan nafsu bejat teman-teman suaminya …?”
Air mata,
mendadak menetes dari ujung mata bulatnya.
Sore itu, cuaca begitu cerah. Langit
berwarna kuning kemerahan dengan rona biru memanjang di ufuk barat. Sepoi angin
berhembus pelan dan mencoba mendinginkan gerahnya hari. Sejuk namun hangat.
Membuat mata dan tubuh istri Oly ini menjadi
sering mengantuk karenanya.
Harusnya, di cuaca secerah ini, Meily
dapat turut menikmatinya sambil membaca tabloid kegemarannya di kursi halaman
rumahnya. Harusnya di cuaca secerah ini, Meily dapat bermain kerumah tetangga
sambil bercanda dengan wanita-wanita sebayanya.
Namun, begitu Oly, memberi kabar
jika ada beberapa temannya akan datang ke rumah untuk mengunjunginya setelah Oly pulang kerja, suasana hati Meily mendadak
berubah.
TING TONG
Terdengar suara bel rumah yang
menandakan jika ada seseorang yang sedang menunggu dibalik pintu depan. Segera
saja, Meily menghapus air mata yang masih menetes di kedua pipi mulusnya, lalu
bergegas ke pintu depan dan mengintip dari balik tirai.
“Ya Tuhannn.. si bandot Mirza sudah
datang ….” Gumam Meily sambil mencoba mengulur waktu guna me-normal-kan wajah
sembabnya.
TING TONG TING TONG
Dibukanya pintu rumah Meily dengan
pelan, dia mengintip dari celah pintu, dan menyapa para tamu itu.
“Kali ini berapa orang…?” tanya Meily
ketus.
“Aduh…aduh…aduh… sayang Meily kok
judes gitu sihh…?” Ujar seorang lelaki tua sambil mencoba mencubit dagu Meily
dengan gemas.
Meily yang merasa agak risih langsung menepis tangan
gemuk pak Mirza dan melangkah mundur.
“Sopan sedikit
ya Pak...” pinta Meily ketus.
“Dikit kok nduk…
cuman 2 orang saja… hehehe…” kekeh Pak Mirza
sambil mengenalkan teman-teman yang dibawanya “Ini yang tinggi, namanya Adri….
Dan yang satu lagi, namanya Ujo… biasa… mereka mau membantu masalah suamimu….”
Dengan sikap gontai, mau tak mau Meily
membukan pintu
rumahnya lebih lebar dan membiarkan ketiga
tamu tak diundangnya untuk masuk.
“Nih… aku sudah bawain beberapa
minuman kesukaan kamu say…” ucap Pak Mirza sambil menyerahkan beberapa botol
bir kepada Meily.
Tanpa disuruh,
ketiga orang itu langsung menjatuhkan
diri di sofa ruang tamu. Mulai bercakap dan bercanda seperti merasa di rumah sendiri. Meily yang
masih berdiri terdiam di samping pintu rumahnya hanya bisa menatap ketiga orang
itu dengan pandangan pasrah.
“Sini nduk....
duduk di sampingku....” Ujar pak Mirza meminta Meily untuk mendekat ke arahnya.
“Meily mau ke
dapur dulu pak... mau menyiapkan makan malam...” tolak istri Oly ini.
“Ayolah...
duduk di sebelahku sebentar saja...”
“Meily mau
menyiapkan makan malam dulu pak... ntar keburu malam...”
Melihat
penolakan halus istri Oly ini, pak Mirza mendadak murka.
“Nduk kamu tahu
khan... Aku nggak suka kalo permintaanku nggak segera dituruti...DUDUK
SINI.....”
“I.... iya
pak....” jawab Meily kaget.
Perlahan, Meily
mendekat ke sofa tempat tua bangka ini duduk. Lalu dengan perasaan yang agak
sedikit takut, istri Oly ini pun akhirnya meletakkan pantat bulatnya di samping
kanan pak Mirza.
Walau waktu itu hari sudah menjelang sore,
dan Meily
hanya mengenakan
daster rumahan dengan rambut hitam panjang yang lurus
tergerai, tak henti-hentinya ketiga hidung
belang itu memuji kecantikan ibu tanpa anak ini. Tubuh semampai berkulit kuning langsat
dengan dada membusung bulat. Muka tirus dengan mata lebar dan bibir tanpa
lipstik yang merah merona. Belum lagi bawahan daster pendek Meily yang selalu
tergeser naik ke arah selangkangan, sepertinya tak mau diajak kompromi untuk menutup kemulusan paha dan betis
beningnya. Benar-benar menonjolkan
keindahan tubuh dan aura Meily sebagai seorang wanita.
“Hari ini kamu seksi sekali nduk… “
rayu Pak Mirza genit. “Daster kamu seksi sekali…” tambah pak Mirza sambil meletakkan tangan kasarnya ke paha kiri
Meily.
Meily yang
merasa risih, mencoba memindahkan tangan kasar pak Mirza dari pahanya. Namun
nampakny, usaha Meily sia-sia. Karena tangan mesum itu sama sekali tak
berpindah tempat. Malah semakin berani menyibakkan bawahan daster Meily semakin
naik ke selangkangan.
“Pahamu
benar-benar mulus nduk... bego sekali Oly yang selalu menyia-nyiakan istri
secantik dirimu...hak...hak...hak...” tawa pak Mirza keras. “Tetekmu juga besar
sekali... tetek ini bakal memuaskan nafsu kami bertiga...” tambah pak Mirza
yang dengan tangan kurang ajarnya meremas bongkahan daging yang membusung Meily.
Perlakuan
bandot tua itu benar-benar kurang ajar dan sama sekali tak tahu malu. Dengan
leluasa, tangan-tangan mesumnya menggerayangi paha dan payudara Meily, seolah Meily
adalah istrinya sendiri. Adri dan Ujo yang semula hanya terdiam di kursi
seberang, perlahan namun pasti juga mulai merasa gerah sendiri. Karena beberapa
kali Meily melihat, selangkangan yang ada di pangkal paha mereka mulai
menggelembung besar.
“ Pak.. tolong jangan biarkan saya pergi... saya mau masak
supaya bapak dan mas-mas semua ini bisa cepat makan….” Pinta Meily dengan nada takut.
“Oiya yak… kalo kami ga segera
selesai makan malam, acara ngentotin kamunya juga makin lama yak…hak hak hak ..” kekeh bandot tua itu sambil mencoba membuka bawahan daster
pendek Meily, mencoba mengintip celana dalam yang ia kenakan.
Mendengar
cemoohan tua bangka itu, Meily langsung beranjak dari samping pak Mirza dan
segera menuju kearah dapur.
Detak
jantungnya berdetak begitu cepat, nafasnya pun memburu. Tak pernah Meily
membayangkan sedikitpun akan nasib yang ia terima saat ini. Menjadi budak seks
lelaki yang bukan suaminya. Menjadi wanita murahan yang bisa setiap saat
dilecehkan oleh teman-teman suaminya. Menjadi trophy bergilir yang bisa
dinikmati setiap lelaki.
Kembali, air
mata Meily menitik, melintasi pipi mulusnya dan mendarat di dadanya.
SREEEEEENNNNGGG......
TEK TEK TEK TEK......
Suara gorengan
bumbu dan ketukan pisau dapur memotong bahan masakan mulai terdengar begitu
seru. Aroma gurih masakan juga mulai menggelitik hidung.
“Harum sekali
bau masakanmu nduk...” bisik pak Mirza yang tiba-tiba sudah memeluk tubuh
ramping Meily dari belakang. “Sepertinya malam ini kamu bakal melayani kami
sampai puas nih...? hak hak hak...” tambah pak Mirza sambil meremas-remas kedua
payudara bulat Meily.
“Astaga.....pak.....
tolong lepaskan Meily...”
“Gausah kaget
gitu donk nduk... masa gini aja kamu sudah resah...”
“Pak...
tolong.... biarkan saya kerja dulu...”
“Iya deh...
pokoknya ntar kamu puaskan nafsuku dan teman-temanku loh ya....”
“Puaskan
nafsu....” dua kata yang jika dilihat, hanyalah kata-kata biasa, namun
sangatlah berat untuk dilakukan.
“................”
Meily hanya bisa diam sambil mencoba melanjutkan tugas memasaknya. Ia sama
sekali tak menghiraukan akan dekapan mesum lelaki tua ini yang sesekali juga
meremas kedua payudaranya dengan kencang.
“Nduk... nanti
kamu akan memuaskan nafsuku dan teman-temanku khan...?” tanya pak Mirza lagi.
“................”
lagi-lagi Meily tak menjawab, hanya menghela nafas dalam-dalam.
“JAWAB....!!”
Bentak pak Mirza dengan nada emosi. Sepertinya lagi-lagi lelaki tua ini tak
mampu menahan amarahnya.
“I...iya....”
jawab Meily kaget.
“IYA APA...?”
“Meily bakal
memuaskan nafsu kalian semua...”
Begitu pak Mirza meninggalkan
ruangan dapur, terdengar tawa renyah dari ruang tamu. Walau meraka bercakap
lirih, Meily tahu jika mereka sedang membicarakan dirinya. Salah
seorang dari mereka
mengatakan jika suamiku adalah seorang lelaki
tolol yang selalu membiarkan istrinya disia-siakan seperti ini.
Tak lama, acara makan malam pun tiba. Karena meja makan kami berukuran kecil, kami harus duduk dalam posisi yang sangat dekat antara satu dengan lainnya.
Walau malam itu Meily hanya
menyuguhkan nasi goreng, telor ceplok dan jus jeruk. Mereka melahap masakan Meily
seolah tak ada hari esok.
“Ini benar-benar masakan bidadari…
enaknya sampai ke ubun-ubun….” Ujar Adri sambil sesekali melirik kearah Meily.
“Benar bener Dri… ini masakan dari
surga… sungguh beruntung Oly, punya istri cantik yang pinter masak seperti mbak
Meily ini…” timpal Ujo.
“Udah… gausah muji-muji nak Meily…
toh gausah dipuji juga, dia udah memang seorang bidadari…” sahut pak Mirza. “
Bidadari yang bentar lagi bakal kita entotin bareng-bareng… hak hak hak…”
Tak terasa, acara makan malam itu
berjalan begitu cepat. Karena seperti biasa, entah bagaimana caranya, di tangan
kanan Meily sudah ada gelas berisi bir yang tak lama kemudian sudah kosong. Setiap
kali gelas itu penuh dengan bir, tanpa pikir panjang, Meily menenggak minuman
itu sampai benar-benar habis.
Dan tak lama kemudian, Meily mulai
merasa mabuk. Kepalanya terasa begitu berat, badannya menghangat, dan ia pun mulai susah
mengendalikan kesadaran dirinya.
"Bos lihat… sepertinya istri
Oly sudah mulai teler tuh…” Ujar Adri pelan
“Hak…hak…hal…Okelah.... mungkin
sekarang saatnya kita entotin istri si goblok Oly ini..." ujar pak Mirza
sambil beranjak dari tempat duduknya.
Ia segera menuju ruang tengah dan
mulai menyetel musik. Dan begitu alunan music mulai mengisi keheningan malam,
pak Mirza kembali ke ruang makan dan memeluk tubuhku lagi.
“Ayo nduk… kamu jogged-joged dulu….”
Pinta pak Mirza sambil menggandeng tanganku yang lemas kearah ruang tengah.
Melihat Meily yang patuh akan ajakan
pak Mirza, Adri dan Ujo juga langsung meninggalkan meja makan dan bergegas
mengikuti mereka.
Setibanya di ruang tengah, ternyata
pak Mirza sudah menyiapkan kejutan buat Meily. Disitu ia sudah menyiapkan
beberapa vibrator, pelumas anus, dan beberapa keping DVD. Yup. DVD hasil
rekamannya yang selalu ia kumpulkan setiap kali Meily bersetubuh dengannya.
“Kamu cantik nduk…” ujar pak Mirza
sambil memeluk tubuh lemas Meily, ia mendekap tubuh ramping itu dari arah depan
dan mengajak sedikit menari. Melihat Meily yang sudah lemas karena mabuk,
tangan iseng pak Mirza pun mulai bergerilya, tak henti-hentinya meremas pantat
bulat Meily dari balik daster pendeknya.
“Jo… gentian gih… ajak perek ini jogged…
aku mau nyiapin sesuatu…” Ujar pak Mirza tiba-tiba sambil menyerahkan tubuh
mabukku ke Ujo.
“Sorry ya Dri… gue duluan yang
menikmati bini seksinya Oly ini…Hehehe… canda Ujo mengejek Adri yang seolah iri
akan keberuntungan Ujo.
“Sebelum kita ngentotin bini
seksinya Oly, ada baiknya kita nonton bokepnya dulu… Hak…hak…hak…” tawa pak Mirza
sambil menyetel DVD yang berisi adegan persetubuhan Meily dengan semua teman
bejatnya.
Mendengar tawa pak Mirza yang
menjijikkan itu, Meily seolah tersadar. Karena
mendadak ia sedikit berontak mencoba melepaskan diri dari dekapan mesum Ujo.
“Mas Ujo… bentar ya… aku mau mencuci
piring dulu sambil menyiapkan diri…” alasan Meily.
“Bener…? Ntar jangan-jangan kamu
malah kabur…?” Tanya Ujo
“Biarin deh Jo… Meily nggak mungkin
kabur… khan dia wanita baik-baik yang tak akan membiarkan kontol tamu-tamunya
nganggur… hak…hak…hak…” jelas pak Mirza sambil mulai menikmati DVD adegan
seksku bersama Adri.
Setelah mendapat persetujuan pak Mirza,
Meily buru-buru pergi ke dapur
untuk mencuci semua peralatan makan sambil
sedikit mencoba mengulur waktu.
Mengulur waktu hingga mas Oly, suami
tercinta Meily kembali kerumah dan mengusir semua tamu-tamu mesum itu dari
rumahnya.
Tapi, semua itu sepertinya tak
mungkin, karena Meily tahu jika jam pulang Oly tak akan bisa secepat yang ia
harapkan.
“Kira-kira… Apa kamu
bakal mengulangi semua adegan yang ada di DVD itu nduk? “ Tanya pak Mirza
yang entah sejak kapan berada di dalam dapur. Dengan langkah santai, lelaku
busuk itu mendekat kearah Meily berdiri, dan memeluknya dari belakang sambil
meremas-remas payudara Meily.
“…………”Meily hanya berdiam diri.
“Nduk….? Apa malam ini kamu bakal memuaskan
kami semua seperti malam-malam sebelumnya? Menerima semua semburan pejuh nikmat
kami? Seperti seorang perek yang selalu haus kepuasan dari kontol-kontol lelaki
selain suaminya?” Tanya pak Mirza lagi.
“…………” kembali Meily tak menjawab
sepatah katapun,.
“NDUK…?”
Sebenarnya, Meily merasa jengah
ketika mendengar pertanyaan-pertanyaan tak senonoh itu di telinganya. Jengah akan
kalimat kotor yang sama sekali tak berhak dipertanyakan kepada wanita bersuami
seperti Meily. Jengah akan sebutan menjijikkan yang disandingkan dengan dirinya.
Bisa saja Meily menolak semua
permintaan aneh lelaki tua Bangka ini. Bisa saja Meily melarikan diri keluar
rumah dan meminta tolong tetangganya untuk mengusir semua lelaki mesum itu.
Bisa saja Meily diam-diam melaporkan perbuatan hina pak Mirza ke pihak
berwajib.
Namun entah kenapa, Meily yang
seharusnya tahu akan langkah terbaik untuk menyudahi perbuatan mesum yang
selalu dialaminya beberapa bulan belakangan ini malah…
“Iya….” Jawabnya lirih sambil mengangguk.-anggukkan
kepalanya.
"Istri
pintar... Jadi sekarang kamu udah siap jadi
budak nafsu kami semua…?” Tanya pak Mirza memperjelas.
“Iya pak… aku siap melakukan apa
saja…” ucap lirih Meily sambil meneteskan air mata.
“Sudah-sudah… kamu gausah menangis…
toh sebentar lagi kita bakal bersenang-senang…” rayu pak Mirza sambil mengusap
rambut hitam panjang Meily
“Yuk… kita mulai acara
senang-senangnya… kontolku sudah nggak kuat lagi menahan nafsu…”
5 komentar:
Mi..ceritanya blom selesai??
belom say,
masih mengumpulkan berbagai macam mood buat menyelesaikannya...
sabar yaaaa...
ditunggu finishing storynya mommy,,, its my fantasy...
woww nyatakah kisah ini ??
kisah nyata apa bukan yaaa..?
Posting Komentar