Jumat, 04 Mei 2012

Karena Ulah Suami

“Haloo…?”
“Sayang, segeralah bersiap-siap… “
“Bersiap? Memangnya kenapa mas ….?”
“Kira-kira 30 menit lagi, teman-temanku akan segera sampai rumah… kamu siapin makanan buat mereka ya…”
“……..”
“Sayang….? Kamu nyimak nggak sih…?”
“I….iya mas….”
“Yaudah… seperti biasanya ya… sebelum mas pulang, kamu temenin mereka dulu bentaran….”
“Tapi mas….”
“Udah… mas masih repot… Mas sayang kamu dek…”


KLIK


“Ya Tuhan, sampai kapan hal ini bakal berakhir…” Batin Meily sambil meletakkan gagang telephon pada tempatnya.

Dengan lemas, Meily menatap bayangan tubuhnya yang terpantul dari cermin di dinding. Matanya sayu, dan raut mukanya terlihat pasrah. Bukan karena memikirkan akan permintaan suaminya barusan, melainkan, karena memikirkan tentang apa yang akan terjadi setelah acara makan malam nanti.

Sebenarnya, udah sepatutnyalah bagi seorang istri seperti Meily untuk menyiapkan makanan buat suaminya ketika ia pulang kerumah. Karena jika dipikir-pikir,  permintaan Oly barusan sama sekali buka masalah untuk dilakukan.

Tugas seorang istri memang harus mematuhi perintah suami.  Tugas seorang istri memang harus menyenangkan hati suami. Tugas seorang istri  memang harus bisa membantu suami.

“Namun, Apakah tugas seorang istri juga harus menyiapkan lubang vagina dan pantatnya guna menjadi sarana pelampiasan nafsu bejat teman-teman suaminya …?”

Air mata, mendadak menetes dari ujung mata bulatnya.

Sore itu, cuaca begitu cerah. Langit berwarna kuning kemerahan dengan rona biru memanjang di ufuk barat. Sepoi angin berhembus pelan dan mencoba mendinginkan gerahnya hari. Sejuk namun hangat. Membuat mata dan tubuh istri Oly ini menjadi sering mengantuk karenanya.

Harusnya, di cuaca secerah ini, Meily dapat turut menikmatinya sambil membaca tabloid kegemarannya di kursi halaman rumahnya. Harusnya di cuaca secerah ini, Meily dapat bermain kerumah tetangga sambil bercanda dengan wanita-wanita sebayanya.

Namun, begitu Oly, memberi kabar jika ada beberapa temannya akan datang ke rumah untuk mengunjunginya setelah Oly pulang kerja, suasana hati Meily mendadak berubah.


TING TONG

Terdengar suara bel rumah yang menandakan jika ada seseorang yang sedang menunggu dibalik pintu depan. Segera saja, Meily menghapus air mata yang masih menetes di kedua pipi mulusnya, lalu bergegas ke pintu depan dan mengintip dari balik tirai.

“Ya Tuhannn.. si bandot Mirza sudah datang ….” Gumam Meily sambil mencoba mengulur waktu guna me-normal-kan wajah sembabnya.

TING TONG TING TONG

Dibukanya pintu rumah Meily dengan pelan, dia mengintip dari celah pintu, dan menyapa para tamu itu.
“Kali ini berapa orang…?” tanya Meily ketus.
“Aduh…aduh…aduh… sayang Meily kok judes gitu sihh…?” Ujar seorang lelaki tua sambil mencoba mencubit dagu Meily dengan gemas.

Meily yang merasa agak risih langsung menepis tangan gemuk pak Mirza dan melangkah mundur.
“Sopan sedikit ya Pak...” pinta Meily ketus.

“Dikit kok nduk… cuman 2 orang saja… hehehe…”  kekeh Pak Mirza sambil mengenalkan teman-teman yang dibawanya “Ini yang tinggi, namanya Adri…. Dan yang satu lagi, namanya Ujo… biasa… mereka mau membantu masalah suamimu….”

Dengan sikap gontai, mau tak mau Meily membukan pintu rumahnya lebih lebar dan membiarkan ketiga tamu tak diundangnya untuk masuk.
“Nih… aku sudah bawain beberapa minuman kesukaan kamu say…” ucap Pak Mirza sambil menyerahkan beberapa botol bir kepada Meily.

Tanpa disuruh, ketiga orang itu langsung menjatuhkan diri di sofa ruang tamu. Mulai bercakap dan bercanda seperti merasa di rumah sendiri. Meily yang masih berdiri terdiam di samping pintu rumahnya hanya bisa menatap ketiga orang itu dengan pandangan pasrah.

“Sini nduk.... duduk di sampingku....” Ujar pak Mirza meminta Meily untuk mendekat ke arahnya.
“Meily mau ke dapur dulu pak... mau menyiapkan makan malam...” tolak istri Oly ini.
“Ayolah... duduk di sebelahku sebentar saja...”
“Meily mau menyiapkan makan malam dulu pak... ntar keburu malam...”

Melihat penolakan halus istri Oly ini, pak Mirza mendadak murka.
“Nduk kamu tahu khan... Aku nggak suka kalo permintaanku nggak segera dituruti...DUDUK SINI.....”
“I.... iya pak....” jawab Meily kaget.

Perlahan, Meily mendekat ke sofa tempat tua bangka ini duduk. Lalu dengan perasaan yang agak sedikit takut, istri Oly ini pun akhirnya meletakkan pantat bulatnya di samping kanan pak Mirza.

Walau waktu itu hari sudah menjelang sore, dan Meily hanya mengenakan daster rumahan dengan rambut hitam panjang yang lurus tergerai, tak henti-hentinya ketiga hidung belang itu memuji kecantikan ibu tanpa anak ini. Tubuh semampai berkulit kuning langsat dengan dada membusung bulat. Muka tirus dengan mata lebar dan bibir tanpa lipstik yang merah merona. Belum lagi bawahan daster pendek Meily yang selalu tergeser naik ke arah selangkangan, sepertinya tak mau diajak kompromi  untuk menutup kemulusan paha dan betis beningnya.  Benar-benar menonjolkan keindahan tubuh dan aura Meily sebagai seorang wanita.

“Hari ini kamu seksi sekali nduk… “ rayu Pak Mirza genit. “Daster kamu seksi sekali…” tambah pak Mirza sambil meletakkan tangan kasarnya ke paha kiri Meily.

Meily yang merasa risih, mencoba memindahkan tangan kasar pak Mirza dari pahanya. Namun nampakny, usaha Meily sia-sia. Karena tangan mesum itu sama sekali tak berpindah tempat. Malah semakin berani menyibakkan bawahan daster Meily semakin naik ke selangkangan.

“Pahamu benar-benar mulus nduk... bego sekali Oly yang selalu menyia-nyiakan istri secantik dirimu...hak...hak...hak...” tawa pak Mirza keras. “Tetekmu juga besar sekali... tetek ini bakal memuaskan nafsu kami bertiga...” tambah pak Mirza yang dengan tangan kurang ajarnya meremas bongkahan daging yang membusung Meily.

Perlakuan bandot tua itu benar-benar kurang ajar dan sama sekali tak tahu malu. Dengan leluasa, tangan-tangan mesumnya menggerayangi paha dan payudara Meily, seolah Meily adalah istrinya sendiri. Adri dan Ujo yang semula hanya terdiam di kursi seberang, perlahan namun pasti juga mulai merasa gerah sendiri. Karena beberapa kali Meily melihat, selangkangan yang ada di pangkal paha mereka mulai menggelembung besar.

“ Pak.. tolong jangan biarkan saya pergi... saya mau masak supaya bapak dan mas-mas semua ini bisa cepat makan….” Pinta Meily dengan nada takut.
“Oiya yak… kalo kami ga segera selesai makan malam, acara ngentotin kamunya juga makin lama yak…hak hak hak ..” kekeh bandot tua itu sambil mencoba membuka bawahan daster pendek Meily, mencoba mengintip celana dalam yang ia kenakan.

Mendengar cemoohan tua bangka itu, Meily langsung beranjak dari samping pak Mirza dan segera menuju kearah dapur.

Detak jantungnya berdetak begitu cepat, nafasnya pun memburu. Tak pernah Meily membayangkan sedikitpun akan nasib yang ia terima saat ini. Menjadi budak seks lelaki yang bukan suaminya. Menjadi wanita murahan yang bisa setiap saat dilecehkan oleh teman-teman suaminya. Menjadi trophy bergilir yang bisa dinikmati setiap lelaki.

Kembali, air mata Meily menitik, melintasi pipi mulusnya dan mendarat di dadanya.



SREEEEEENNNNGGG...... TEK TEK TEK TEK......

Suara gorengan bumbu dan ketukan pisau dapur memotong bahan masakan mulai terdengar begitu seru. Aroma gurih masakan juga mulai menggelitik hidung.

“Harum sekali bau masakanmu nduk...” bisik pak Mirza yang tiba-tiba sudah memeluk tubuh ramping Meily dari belakang. “Sepertinya malam ini kamu bakal melayani kami sampai puas nih...? hak hak hak...” tambah pak Mirza sambil meremas-remas kedua payudara bulat Meily.
“Astaga.....pak..... tolong lepaskan Meily...”
“Gausah kaget gitu donk nduk... masa gini aja kamu sudah resah...”
“Pak... tolong.... biarkan saya kerja dulu...”
“Iya deh... pokoknya ntar kamu puaskan nafsuku dan teman-temanku loh ya....”

“Puaskan nafsu....” dua kata yang jika dilihat, hanyalah kata-kata biasa, namun sangatlah berat untuk dilakukan.

“................” Meily hanya bisa diam sambil mencoba melanjutkan tugas memasaknya. Ia sama sekali tak menghiraukan akan dekapan mesum lelaki tua ini yang sesekali juga meremas kedua payudaranya dengan kencang.

“Nduk... nanti kamu akan memuaskan nafsuku dan teman-temanku khan...?” tanya pak Mirza lagi.
“................” lagi-lagi Meily tak menjawab, hanya menghela nafas dalam-dalam.
“JAWAB....!!” Bentak pak Mirza dengan nada emosi. Sepertinya lagi-lagi lelaki tua ini tak mampu menahan amarahnya.
“I...iya....” jawab Meily kaget.
“IYA APA...?”
“Meily bakal memuaskan nafsu kalian semua...”


Begitu pak Mirza meninggalkan ruangan dapur, terdengar tawa renyah dari ruang tamu. Walau meraka bercakap lirih, Meily tahu jika mereka sedang membicarakan dirinya. Salah seorang dari mereka mengatakan jika suamiku adalah seorang lelaki tolol yang selalu membiarkan istrinya disia-siakan seperti ini.

Tak lama, acara makan malam pun tiba. Karena meja makan kami berukuran kecil, kami harus duduk dalam posisi yang sangat dekat antara satu dengan lainnya.

Walau malam itu Meily hanya menyuguhkan nasi goreng, telor ceplok dan jus jeruk. Mereka melahap masakan Meily seolah tak ada hari esok.

“Ini benar-benar masakan bidadari… enaknya sampai ke ubun-ubun….” Ujar Adri sambil sesekali melirik kearah Meily.
“Benar bener Dri… ini masakan dari surga… sungguh beruntung Oly, punya istri cantik yang pinter masak seperti mbak Meily ini…” timpal Ujo.
“Udah… gausah muji-muji nak Meily… toh gausah dipuji juga, dia udah memang seorang bidadari…” sahut pak Mirza. “ Bidadari yang bentar lagi bakal kita entotin bareng-bareng… hak hak hak…”

Tak terasa, acara makan malam itu berjalan begitu cepat. Karena seperti biasa, entah bagaimana caranya, di tangan kanan Meily sudah ada gelas berisi bir yang tak lama kemudian sudah kosong. Setiap kali gelas itu penuh dengan bir, tanpa pikir panjang, Meily menenggak minuman itu sampai benar-benar habis.

Dan tak lama kemudian, Meily mulai merasa mabuk. Kepalanya terasa begitu berat, badannya  menghangat, dan ia pun mulai susah mengendalikan kesadaran dirinya.

"Bos lihat… sepertinya istri Oly sudah mulai teler tuh…” Ujar Adri pelan
“Hak…hak…hal…Okelah.... mungkin sekarang saatnya kita entotin istri si goblok Oly ini..." ujar pak Mirza sambil beranjak dari tempat duduknya.

Ia segera menuju ruang tengah dan mulai menyetel musik. Dan begitu alunan music mulai mengisi keheningan malam, pak Mirza kembali ke ruang makan dan memeluk tubuhku lagi.

“Ayo nduk… kamu jogged-joged dulu….” Pinta pak Mirza sambil menggandeng tanganku yang lemas kearah ruang tengah.

Melihat Meily yang patuh akan ajakan pak Mirza, Adri dan Ujo juga langsung meninggalkan meja makan dan bergegas mengikuti mereka.

Setibanya di ruang tengah, ternyata pak Mirza sudah menyiapkan kejutan buat Meily. Disitu ia sudah menyiapkan beberapa vibrator, pelumas anus, dan beberapa keping DVD. Yup. DVD hasil rekamannya yang selalu ia kumpulkan setiap kali Meily bersetubuh dengannya.

“Kamu cantik nduk…” ujar pak Mirza sambil memeluk tubuh lemas Meily, ia mendekap tubuh ramping itu dari arah depan dan mengajak sedikit menari. Melihat Meily yang sudah lemas karena mabuk, tangan iseng pak Mirza pun mulai bergerilya, tak henti-hentinya meremas pantat bulat Meily dari balik daster pendeknya.

“Jo… gentian gih… ajak perek ini jogged… aku mau nyiapin sesuatu…” Ujar pak Mirza tiba-tiba sambil menyerahkan tubuh mabukku ke Ujo.
“Sorry ya Dri… gue duluan yang menikmati bini seksinya Oly ini…Hehehe… canda Ujo mengejek Adri yang seolah iri akan keberuntungan Ujo.

“Sebelum kita ngentotin bini seksinya Oly, ada baiknya kita nonton bokepnya dulu… Hak…hak…hak…” tawa pak Mirza sambil menyetel DVD yang berisi adegan persetubuhan Meily dengan semua teman bejatnya.

Mendengar tawa pak Mirza yang menjijikkan itu,  Meily seolah tersadar. Karena mendadak ia sedikit berontak mencoba melepaskan diri dari dekapan mesum Ujo.

“Mas Ujo… bentar ya… aku mau mencuci piring dulu sambil menyiapkan diri…” alasan Meily.
“Bener…? Ntar jangan-jangan kamu malah kabur…?” Tanya Ujo
“Biarin deh Jo… Meily nggak mungkin kabur… khan dia wanita baik-baik yang tak akan membiarkan kontol tamu-tamunya nganggur… hak…hak…hak…” jelas pak Mirza sambil mulai menikmati DVD adegan seksku bersama Adri.

Setelah mendapat persetujuan pak Mirza, Meily buru-buru pergi ke dapur untuk mencuci semua peralatan makan sambil sedikit mencoba mengulur waktu.

Mengulur waktu hingga mas Oly, suami tercinta Meily kembali kerumah dan mengusir semua tamu-tamu mesum itu dari rumahnya.

Tapi, semua itu sepertinya tak mungkin, karena Meily tahu jika jam pulang Oly tak akan bisa secepat yang ia harapkan.

“Kira-kira… Apa kamu bakal mengulangi semua adegan yang ada di DVD itu nduk? “ Tanya pak Mirza yang entah sejak kapan berada di dalam dapur. Dengan langkah santai, lelaku busuk itu mendekat kearah Meily berdiri, dan memeluknya dari belakang sambil meremas-remas payudara Meily.
“…………”Meily hanya berdiam diri.
“Nduk….? Apa malam ini kamu bakal memuaskan kami semua seperti malam-malam sebelumnya? Menerima semua semburan pejuh nikmat kami? Seperti seorang perek yang selalu haus kepuasan dari kontol-kontol lelaki selain suaminya?” Tanya pak Mirza lagi.
“…………” kembali Meily tak menjawab sepatah katapun,.
“NDUK…?”

Sebenarnya, Meily merasa jengah ketika mendengar pertanyaan-pertanyaan tak senonoh itu di telinganya. Jengah akan kalimat kotor yang sama sekali tak berhak dipertanyakan kepada wanita bersuami seperti Meily. Jengah akan sebutan menjijikkan yang disandingkan dengan dirinya.

Bisa saja Meily menolak semua permintaan aneh lelaki tua Bangka ini. Bisa saja Meily melarikan diri keluar rumah dan meminta tolong tetangganya untuk mengusir semua lelaki mesum itu. Bisa saja Meily diam-diam melaporkan perbuatan hina pak Mirza ke pihak berwajib.

Namun entah kenapa, Meily yang seharusnya tahu akan langkah terbaik untuk menyudahi perbuatan mesum yang selalu dialaminya beberapa bulan belakangan ini malah…

“Iya….” Jawabnya lirih sambil mengangguk.-anggukkan kepalanya.

"Istri pintar... Jadi sekarang kamu udah siap jadi budak nafsu kami semua…?” Tanya pak Mirza memperjelas.

“Iya pak… aku siap melakukan apa saja…” ucap lirih Meily sambil meneteskan air mata.

“Sudah-sudah… kamu gausah menangis… toh sebentar lagi kita bakal bersenang-senang…” rayu pak Mirza sambil mengusap rambut hitam panjang Meily

“Yuk… kita mulai acara senang-senangnya… kontolku sudah nggak kuat lagi menahan nafsu…”

5 komentar:

aristiyan mengatakan...

Mi..ceritanya blom selesai??

MiAW mengatakan...

belom say,
masih mengumpulkan berbagai macam mood buat menyelesaikannya...
sabar yaaaa...

curahanhati mengatakan...

ditunggu finishing storynya mommy,,, its my fantasy...

Unknown mengatakan...

woww nyatakah kisah ini ??

MiAW mengatakan...

kisah nyata apa bukan yaaa..?

Posting Komentar

 
;