Astaga, ternyata sosok yang saat ini sedang
menyetubuhi dirinya bukahlah Lody, suami Naya. Sosok itu adalah Udin, si ojek
kampung pacar Mitha, anak semata wayangnya.
Tak pernah sekalipun Naya membayangkan akan
terjadinya situasi seperti ini. Naya tahu sekali akan Loddy suaminya yang
sangatlah pencemburu. Senyum sedikit ke lelaki lain saja, bisa membuat Lody menjadi
uring-uringan, apalagi sampai melakukan perselingkuhan. Naya tak bisa
membayangkan betapa murkanya Loddy jika dia sampai tahu wanita yang ia nikahi,
saat ini sedang bersetubuh dengan orang lain.
Dengan segenap tenaga, Naya berusaha mendorong
tubuh Udin. Namun sekuat-kuatnya tangan ramping Naya, ia seolah mendorong
tembok. Tubuh kurus Udin sama sekali tak bergerak, sedikitpun..
"Tante… Memekmu seperti memek perawan Tan… peret banget…" kata Udin.
“Bangsat lo Din… Bangsat… CABUUUTT….”
Tak
kehabisan akal, Naya mulai memukul-mukulkan genggaman tangannya ke wajah tukang
ojek itu.
Tapi,
Udin yang sudah merasa berada diatas angin, segera menangkap kedua pergelangan
tangan Naya dan langsung melentangkannya jauh-jauh kearah samping, sehingga Naya
yang dalam posisi tak berdaya, lebih terlihat seperti orang yang pasrah
daripada orang yang meronta-ronta.
“Bangsat
lo Din… Cabut titit lo Din… Cabut…!!!”
Melihat
Naya yang masih mencoba meronta, Udin tak kehabisan akal. Mulut dengan bibir
tebalnya langsung ia majukan kedepan, menyeruput putting kiri Naya yang tegang
kemerahan.
Melihat
posisi yang sangat tak menguntungkan ini, “Ooouuugghhhh…. Sshhh…. “ mau tak mau
Naya hanya bisa melengguh.
“OOuuhhhggg…
Bangghsaaat lo Diinn…” ujar naya yang seolah mencoba merasakan gelijang
kenikmatan pada putting payudaranya. Sejenak rontaan tangannya mereda, dan
tubuhnya melemas.
Melihat
Naya yang sudah takluk akan jilatan dan kenyotan bibirnya, Udin tak langsung
mendiamkan wanita jajahannya begitu saja. Dengan gerakan perlahan, Udin yang
merasa jika sekujur batang penisnya sudah sepenuhnya masuk ke dalam vagina Naya,
mulai menggerakkan batang panjangnya mundur
“Bener
nih tante ga mau ngentot ama Udin…?” Tanya tukang ojek itu dengan nada menggoda
sambil mulai menggerak-gerakkan batang penis yang sudah menancap dalam di
vagina Naya.
Mendengar
suara cabul Udin, Naya yang semula terlena seolah kembali tersadar.
“Bangsat
lo Din… CABUT BANGSAT… CABUT….” Naya meronta lagi sejadi-jadinya.
Udin yang masih merasa diatas angin kembali
menggoda keimanan vagina Naya. Dengan tak mengurangi gerakan-gerakan menyodok
pelannya, ia terus menggoda liang kenikmatan Naya dengan batang penis
raksasanya. Udin tahu, jika walau Naya berkata bahwa ia sama sekali tak
menginginkan persetubuhan yang terlarang ini, vagina Naya berkata hal yang
berbeda.
Vagina Naya sudah sangat becek dan
merekah merah. Lendir yang keluar dari
akibat persetubuhan batang dan celah kenikmatan ibu satu anak ini pun tak dapat
berbohong. Merembes, banjir keluar dengan derasnya dan mulai berubah menjadi
busa-busa putih.
“Bener nih tante ga mau Udin entotin…?” Goda Udin
“Cabut Din… Cabuuuuuttt…” Ujar Naya sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Yaudah kalo tante nggak mau… Udin bakal
cabut kontol ini…” ujar Udin santai. Dibenamkannya batang panjang miliknya itu
untuk terakhir kalinya, sebelum ia benar-benar mencabut keluar secara perlahan.
“Ouuuhhhh….” Erang Naya ketika merasakan
penis besar Udin itu terbenam seluruhnya kedalam liang kenikmatannya dan menyentuh
dinding terdalam dari vaginanya.
“Titit Ojek kampung ini benar-benar enak…
Titit ini mampu menggelitik vagina terdalamku…. Beda sekali dengan titit mas
Loddy…. Benar-benar beda….” Galau batin Naya.
Matanya terpejam, dan bibir bawahnya
tergigit.
Tiba-tiba, timbul perasaan galau dari dalam
pikiran Naya ketika Udin mulai mencabut batang panjang penisnya. Naya merasakan
sensasi yang aneh. Naya merasa begitu kosong. Naya
merasa, seperti ada kesedihan yang mendalam seiring tercabutnya
penis panjang Udin dari vaginanya.
Depresi di wajah
cantik Naya terlihat begitu
besar,
dan entah apa yang ada dipikiran Naya saat itu sehingga pada akhirnya, kaki Naya
mendadak merangkul pinggang Udin, menahan gerakan mundurnya dan meminta untuk
maju kembali.
“Kok
kaki tante nahan pantat Udin…? Tadi bilangnya suruh nyabut….?”
Galau,
bingung, benci, dan pingin. Semua perasaan itu bercampur menjadi satu.
Memang
sih, penis Loddy tak sebesar penis Udin.
Penis
Loddy juga tak sepanjang penis Udin.
Dan
yang paling nyata, penis Loddy tak seenak penis Udin.
Setetes
air mata meleleh dari sudut matanya. Membayangkan kenikmatan dosa yang sedang
ia lakukan. Naya harus segera memutuskan. Persetubuhan ini adalah salah.
Benar-benar salah. Naya adalah wanita yang terhormat, walau ia tak menjabat
apapun, namun di mata tetangga dan lingkungannya, derajat Naya cukup tinggi.
Cukup disegani.
Disatu
sisi, Naya sangat menginginkan persetubuhan ini, Naya sangat haus akan sensasi
orgasme yang sudah lama tak ia rasakan dari penis Loddy, suaminya, dan entah
kenapa, Naya mulai menikmati debaran aneh yang menggelora dalam dadanya dan
vaginanya.
Namun,
kembali naya bimbang, tak peduli berpedoman pada alasan apapun, namanya
selingkuh adalah hal yang sangat salah. Naya harus memutuskan sesuatu. Harus….
“Entot aku Din…” Desah Naya dengan bibir yang
masih tergigit.
“Haah? Udin ga salah denger nih Tan…?” Tanya Udin.
“Gila… Kamu gila Naya… kamu bakal bercinta
dengan orang yang sama sekali bukan suamimu” pikiran sehat Naya mencoba
menyadarkannya “Dia hanyalah tukang ojek…”
Tapi, benar kata pepatah “Nafsu mampu merubah segalanya…”
“Iya… Entot aku Din…. Entot aku dengan
kasar….” Pinta Naya dengan kalimat kotor.
Pada
akhirnya, Naya tak bisa lagi menghiraukan akan segala macam norma ada yang
berlaku. Saat ini, hanya satu hal yang benar-benar ia inginkan.
Mendapat
kepuasan dengan maksimal.
Kembali, Naya menggerak-gerakkan kakinya yang
masih melingkar di pinggang Udin. Kaki jenjang itu seolah meminta pinggang Udin
untuk kembali maju, menabrakkan batang panjang penisnya ke liang senggamanya
yang terdalam.
“Entotin aku Diiinnnn… Entotin aku….” Naya berkata
tanpa berpikir.
Pikirannya seolah tertutup oleh kenikmatan
dari penis besar Udin. Penis yang terasa seolah selalu bergetar di setiap saraf vaginanya. Vagina
gatal yang selalu haus akan gelitikan urat-urat penis ojek kampung ketika meluncur keluar masuk.
Naya merasa penis Udin mampu menyentuh daerah
terjauh vaginanya. Penis itu seolah menggapai dan menggaruk hingga sangat dalam, menekan rahimnya dengan
keras setiap kali ia sodok.
“Tante bakal puas… Tante ga bakal kecewa… dan
tante bakal menginginkan kontol Udin untuk selalu dapat memuaskan tante….”
Tanpa mengambil ancang-ancang, Udin segera
menghajar liang senggama milik ibu kekasihnya itu. Menghajar dengan sekuat
tenaga, menusukkan dalam-dalam penis berukuran ekstranya.
Tanpa rasa ampun.
“CPAK… CPAK… CPAK… CPAK… CPAK…”
Suara tumbukan penis dan vagina basah
terdengar begitu keras di tengah suasana malam yang gelap ini.
“Ooouuhhh… Memekmu benar-bener enak Tan… Jauh
lebih enak dari memek pelacur di kampung sebelah….” Desah Udin yang semakin
mempercepat sodokan di vagina Naya.
“Kurang ajar, vagina terawat milikku
dibandingkan dengan vagina pelacur murahan” batin Naya.
“Sumpah… Enak banget Tantekuuu….. sepertinya Udin
bakal cepet keluar nih Tan, kalo peretnya memek tante kayak gini…”
Merasakan kenikmatan jepitan vagina ibu satu
anak ini, Udin seolah kesetanan. Matanya merem melek, dan mulutnya terus
melumat kedua putting payudara Naya. Seolah tak mau kalah, Naya pun merasakan
hal yang serupa. Gatal di vaginanya seolah terobati oleh sodokan-sodokan kasar
ojek kampung yang semula tak ia sukai itu.
Saat ini, Naya sama sekali tak merasakan adanya
perasaan jijik sedikitpun ke Udin. Tak ada perasaan marah, ataupun benci. Dan
anehnya, vaginanya yang beberapa saat tadi terasa begitu perih menyakitkan, akibat
sodokan penis panjang Udin, saat ini tak terasa menyiksa lagi. Malah, penis besar,
hitam, dan menyeramkan itu, sekarang terasa begitu enak.
“Tante…
Udin mau keluar…” ujar ojek kampung itu tiba-tiba.
“Ooouuhh… Kamu pake kondom khan Din…?” Tanya
Naya keenakan.
"Enggak.. Udin
kalo ngentot da pernah pake kondom.."
“Sialan…” jerit Naya.
"Tapi tenang saja Tan… Tante ga bakalan hamil ketika pertama kali bercinta dengan orang baru... terlebih jika tante merasa keenakan" kata Udin dengan muka serius.
"Tapi tenang saja Tan… Tante ga bakalan hamil ketika pertama kali bercinta dengan orang baru... terlebih jika tante merasa keenakan" kata Udin dengan muka serius.
“Pemikiran bodoh, aneh dan menyesatkan darimana itu…?” Tanya Naya
“Dari teman-teman Udinlah Tan..” jawab Udin
lagi.
"Cabut tititmu
ketika kamu keluar... Jangan keluarin spermamu didalam memekku… " Pinta Naya
Seperti
sepasang pedagang dan pembeli yang sedang dalam proses negosiasi, Naya dan Udin
pun tawar menawar sembari saling merasakan kenikmatan persetubuhan yang mereka
lakukan.
“Yah…
kalo ga boleh didalem, trus dikeluarin dimana donk…?”
“Dikamar
mandi aja….”
"Nggak mau ah… Kalo Udin ga boleh keluarin peju di memek Tante, Udin mau Tante sepongin kontol Udin, trus pas Udin mau keluar, Tante telan peju Udin...”
"Nggak mau ah… Kalo Udin ga boleh keluarin peju di memek Tante, Udin mau Tante sepongin kontol Udin, trus pas Udin mau keluar, Tante telan peju Udin...”
“Nggak mau….”
“Yaudah… Kalo gitu Udin tetep keluarin peju
Udin di memek Tante…"
ujar Udin sambil terus menyodok-nyodokkan penis panjangnya ke Naya.
Seumur-umur,
Naya belum pernah melakukan oral seks. Apalagi sampai menelan sperma lawan
mainnya.
"Ternyata…
Tante ga sehebat Mitha" Ujar Udin tiba-tiba sambil
menghentikan gerakan sodok-menyodoknya.
“Kenapa
dengan Mitha…?”
“Yaudah
deh…. Gapapa… Kali ini Udin keluarin peju dikamar mandi… Besok pagi aja Udin minta
Mitha buat nyepongin kontol Udin…”
DEG…
Kembali,
detak jantung Naya seolah berhenti berdetak setelah mendengar kata-kata Udin
barusan.
Tukang
ojek ini bakal meminta putri satu-satunya buat mengoral penisnya jika Naya tak
mau mengabulkan permintaannya. Dan seolah tahu akan kelemahan utama Naya, Udin
menyengir lebar.
“Besok
kamu minta Mitha nyepongin kontolmu Din…?” Tanya Naya bingung.
“Iyaa….
Abisan Tante ga mau nyepongin kontol Udin…” Jawab Udin enteng.
“Kalo
tante sepongin kontolmu…. Kamu ga bakal minta ama Mitha lagi khan Din….?”
“Iya….
Kalo tante selalu muasin kontol Udin… Udin ga bakal minta Mitha lagi….”
Naya
tak bisa berpikir jernih jika sudah disangkut pautkan dengan putri
kesayangannya. Seolah kehilangan kesadaran, akhirnya Naya menyetujui permintaan
aneh Udin.
“Jadi
gimana tan? Tante bakal sepongin kontol Udin khannn…??” Tanya Udin yang seolah
sudah tahu jawabannya
"I.. iya…. Din….” Jawab Naya terpaksa.
"I.. iya…. Din….” Jawab Naya terpaksa.
“Mulut tante bakal nerima pejuh Udin…?”
“Iya…”
“Tante bakal bakal telen pejuh Udin…?”
“……” tak menjawab pertanyaan terakhir Udin,
Naya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Gila Naya… Kamu sudah benar-benar gila…” Selama
ini, membayangkan air mani saja
sudah membuat Naya merasa mual, apalagi menelan sperma. Itu hal yang
sangat menjijikkan, tapi, setelah
dipikir-pikir, hal itu jauh lebih baik daripada kemudian ia mendapati dirinya hamil karena
benih tukang ojek.
“Okelah kalo begitu… sekarang Tante bakal
merasakan gimana nikmatnya kontol Udin…”
Merasa senang karena permintaaan Udin yang
dikabulkan Naya, Udin kembali mengambil ancang-ancang. Membetulkan posisi paha
Naya dan meletakkan betis kaki jenjang Naya pada pundaknya. Kali ini Udin bakal
melancarkan sodokan-sodokan brutalnya dengan cara yang lebih brutal.
Naya yang sudah pasrah, mendadak merasakan kenikmatan
dari hal yang dinamakan persetubuhan. Rasa nikmat yang sudah lama tak ia
rasakan. Rasa nikmat yang sudah lama tak ia peroleh dari suaminya.
“Sssshh… Oooouuggghhh… Diiinnn… Sssshhhh…”
Desah naya.
Naya tak lagi banyak berbicara. Ia hanya mendengus dan mengerang. Naya
mulai menyerah pada kenikmatan
dan kedatangan gelombang orgasme dari
batang panjang tukang ojek yang dulu ia benci.
Ibu 34 tahun ini terlihat begitu menikmati
permainan cintanya yang ia lakukan dengan batang panjang milik pacar putrinya.
Naya mulai menancapkan kuku jemarinya dan melenguh begitu keras setiap
kali Udin menyodorkan penisnya
secara brutal dan tak menentu. Naya
di ambang orgasmenya
lagi. Namun kali ini gelombang orgasme yang akan datang, jauh lebih besar dari gelombang
orgasme beberapa saat lalu.
Kakinya secara otomatis dia dirangkulkan
ke pinggang Udin. Meminta-minta supaya Udin membenamkan dengan
ganas semua batang
panjang itu kedalam kemaluannya.
Hingga pada akhirnya…
“Ooooouuuuggggghhh… Dddiiiinnnnnn….” Teriak
Naya sembari mencakar punggung hitam Udin. Orgasme Naya pecah. Orgasme yang sudah
lama ia nantikan akhirnya dapat ia rasakan juga. Orgasme besar yang baru kali
ini ia rasakan. Orgasme yang ia peroleh bukan dari suami yang ia cintai.
“Udin juga keluar Tanteee…..” Teriak Udin
sambil mencengkeram keras buah dada Naya. “Kita keluar bareng-bareng….”
“OOoooouuuggghhh….. “ tubuh Naya tiba-tiba
mengejang. Punggungnya membusur kebelakang, kepalanya mendongak keatas dan bola
matanya memutih terbalik. Naya merasa tubuhnya begitu hidup. Karena kedutan
orgasme yang menyerang sekujur organ kewanitaannya begitu hebat.
“Ssshh…. Tantee….. Ennaaaakkk baaanngeeettt….
Ooouuuggghhhtt…..” Teriak Udin begitu batang penis panjangnya memuntahkan lahar
kenikmatan.
Kaget mendengar teriakan Udin, Naya buru-buru
sadar. "Oh tidak," ujarnya
tergagap "Tarik keluar
din…"
Walau mendengar permintaan Naya, namun Udin sepertinya sudah tenggelam dalam kenikmatan yang ia terima dari vagina Naya. Alih-alih mencabut penis dari vagina, ia malah tersungkur jatuh kedepan. Menimpa tubuh sintal Naya.
Walau mendengar permintaan Naya, namun Udin sepertinya sudah tenggelam dalam kenikmatan yang ia terima dari vagina Naya. Alih-alih mencabut penis dari vagina, ia malah tersungkur jatuh kedepan. Menimpa tubuh sintal Naya.
Telat. Penis Udin memuncratkan tujuh gumpalan
panas ke dalam vagina Naya. Tujuh gumpalan sperma yang langsung memenuhi rongga
rahimnya. Tujuh gumpalan sperma yang bakal membuat Naya hamil.
Tapi entah apa yang ada di pikiran Naya saat
itu. Karena walau baru saja menerima semua sperma tukang ojek kampung itu, Naya
hanya bisa terdiam sambil sedikit tersenyum.
“Panas sekali sperma tukang ojek ini…” batin
Naya.
Untuk beberapa saat, kedua insan ini menghentikan
segala aktifitasnya. Mereka saling tindih dengan nafas yang putus-putus.
Naya yang merasa bahagia akan efek
euforia orgasme
hanya bisa tersenyum mendengar gombalan tukang ojek ini.
Orgasme kali ini benar-benar terasa begitu
dahsyat, bahkan walau sudah 5 menit orgasme, vaginanya masih terasa berdenyut
hebat. Vaginanya masih terasa kesemutan.
“Tante… kalo Udin mau ngentotin lagi… Tante
masih kuat…?” bisik Udin sambil mengecupi pipi ibu satu anak ini.
“Emangnya titit kamu masih bisa bangun lagi
Din…?” Tanya Naya heran.
“Kontol tante…. Bukan titit…titit mah punya
anak kecil… kalo punya udin namanya kontol..” koreksi Udin.
“Eh iya… kontol…” ujar Naya langsung
mengoreksi kalimatnya.
Udin hanya tersenyum melihat ibu kekasihnya
ini pasrah menerima semua perlakuannya.
“Bisa donk tante….” Jawab Udin enteng sambil
mulai menggerak-gerakkan batang penis panjangnya yang masih menancap erat di
vagina Naya.
Naya langsung merintih lirih
begitu merasakan penis lembek Udin yang mulai bergerak keluar masuk lagi.
“Gimana rasanya kontol Udin tan…? Enak
nggak?” Tanya Udin sembari terus menggerak-gerakkan penisnya maju mundur.
Naya mengangguk.
Merasa reaksi Naya kurang menggemaskan, Udin
kembali bertanya. “Gimana tan? Jawab donk… gimana rasanya…?”
“Enak Din….Enak…”
“Yakin bener-bener enak….?” Goda Udin lagi.
“Iya… Din… Bener-bener enak….”
“Enak mana ama kontol suami tante…?”
DEG
Tiba-tiba Naya kembali teringat akan suaminya
yang saat ini sedang tak ada di rumah. Suami tercinta yang saat ini sedang Naya
dustai. Suami setia yang yang saat ini sedang Naya selingkuhi.
“HAP…” Udin tiba-tiba sambil mencaplok
payudara gedhe Naya.
“Ooouugghh…” seolah terkaget akan
perselingkuhan yang belum terselesaikan ini. Naya segera tersadar.
““Enak mana tan…?” Tanya Udin lagi sambil
memilin-milin putting payudara Naya yang bebas. “Enak kontol Udin atau enak
kontol suami tante…?”
Perlahan namun pasti, birahi Naya yang baru
saja terpuaskan oleh persetubuhannya dengan tukang ojek ini meninggi, seiring
jilatan lidah kasar Udin di payudara Naya. Perlahan namun pasti, vagina yang masih
saja berkedut dahsyat karena orgasme, mulai melelehkan lendir kewanitaanya
karena goyangan penis lembek udin yang keluar masuk. Perlahan namun pasti, Naya
mulai menikmati perselingkuhan kilatnya ini. Dan perlahan namun pasti, sensasi
nikmat penis Loddy, tergantikan oleh batang panjang menyeramkan milik Udin.
Hingga pada akhirnya, air mata Naya menetes ketika menjawab pertanyaan Udin
barusan.
“Kontolmu Din…” Jawab Naya sambil menatap
tajam sosok pria yang sedang menyetubuhinya itu.
“Kenapa tan…? Udin nggak denger….”
“ENAKAN KONTOLMU DIN….”
“Hehehehe… makasih ya tan… memek tante juga
enak banget…”
“Maafkan adek mas…. “ batin Naya “Adek tak
bisa menjaga kesucian pernikahan ini…. Adek tak tahu harus melakukan apa guna
mencegah perselingkuhan nikmat ini…”
Naya tahu, jika apa yang ia lakukan malam ini
adalah sebuah kesalahan. Naya juga tahu jika tak sepantasnya ia bercinta dengan
pacar putrinya. Namun satu hal yang tak bisa Naya pungkiri.
Persetubuhan yang baru mereka lakukan belasan
menit dengan tukang ojek ini, jauh lebih nikmat daripada persetubuhan yang ia
lakukan belasan tahun dengan suami tercintanya.
“Tante… coba deh tante sepongin kontol Udin…”
mendadak, tukang ojek yang sedang menggerakkan pinggangnya maju mundur,
mencabut batang penis panjangnya dan menyodorkan pada mulut Naya.
“ASTAGA….
BESAR SEKALI DIN….” Bisik Naya histeris sambil menutup mulutnya. Naya tahu jika
Udin memiliki penis yang sangat besar, namun Naya tak tahu jika penisnya
sebesar itu.
Selama
ini, yang Naya tahu tentang penis udin hanyalah dari photo-photo yang ada di laptop Mitha. Namun hal itu
sangatlah berbeda, karena setelah mengetahui bagaimana kondisi batang kelamin
yang menjuntai panjang dari selangkangan tukang ojek langganannya itu, Naya
baru sadar, jika penis Udin yang sebenarnya jauh lebih besar daripada photo yang
ada di laptop putrinya.
Penis
udin yang walau belum ereksi sepenuhnya, sudah membengkak sebesar pergelangan
tangan Naya. Penis itu terlihat begitu menyeramkan dengan ditambah oleh urat-urat
hitam yang tumbuh di sekujur batang penisnya.
“GILA…
ternyata aku baru saja disetubuhi oleh botol air mineral…” ujar Naya dalam
hati. “Pantesan, penis ini tadi terasa begitu menyakitkan….”
Jemari
lentik Naya perlahan mulai menyentuh batang penis Udin yang menggelantung lemas.
Dengan seksama, Naya memeriksa batang raksasa milik pacar putrinya.
“Tititmu
kok bisa besar sekali sih Din…? Mana Hitam sekali… ?” Tanya Naya sambil
berulang kali membalik-balik batang hitam yang berlumuran lendir vaginanya itu.
“Kontol
tante… Kontol… bukan titit..” koreksi Udin lagi.
“Eh
iya… Kontol…”
“Gak
tahu tan… dari lahir kontol Udin emang udah seperti ini…”
Iseng,
Naya tiba-tiba ingin mengurut batang penis panjang yang ada di hadapannya. Dan
begitu diurut, dari lubang kepala penis Udin, ternyata masih ada beberapa tetes
sperma yang muncrat. Mengenai mulut serta hidung Naya.
“Hahahahahaha…”
melihat Naya terkaget-kaget, mendadak Udin tertawa.
“Masih
ada aja Din pejuhmu….”
“Iya
donk… Udiiinnn…..” bangga ojek kampung sialan itu.
Wajar
memang jika Udin berbangga ria akan kehebatan batang kejantanannya itu. Karena
walau Naya tak pernah tidur dengan lelaki lain, seorang pria akan merasa begitu
hebat jika ada wanita yang memuji kemampuannya diatas ranjang.
Mendengar
Udin yang masih berbangga ria, entah mendapat semangat dan dorongan darimana,
Naya mendadak merasa ingin mengetahui sebatas apa kemampuan dirinya dalam
memuaskan lelaki.
“Din…
boleh nggak…?” Tanya Naya malu-malu.
“Pengen
apa ya tan…?”
“Hmmm….
Tante pengen…..”
“Pengen
apa tantekuuu…?”
“Tante
pengen sepongin kontol panjangmu…”
“Hahahaha…
idih tante… kok sekarang kamu nakal sih…?”
Sekarang,
Naya, ibu satu anak ini merasa seperti kembali ke masa beberapa tahun silam.
Masa dimana dia dan suaminya sedang akan melakukan malam pertama. Masa pacaran ketika
pernikahan baru saja akan dimulai. Masa dimana seks terasa serba malu-malu.
Namun bedanya, di hadapan naya bukanlah Loddy suaminya. Melainkan Udin, ojek
kampung yang beberapa saat lalu sangat ia benci.
“Boleh
ya Udin sayaaannggg….?”
“Bentar-bentar…
kamu mamanya Mitha khan…? Bukan pelacur kampung sebelah…?” ujar Udin sambil
menjauhkan pinggangnya dari mulut Naya. Sengaja mencegah Naya ketika ingin
melahap kepala penisnya.
“Kamprett..
Lagi-lagi Udin sialan ini membandingkanku dengan pelacur murahan…” sengit Naya
dalam hati “Namun masa bodoh-lah… yang jelas, aku pengen ngerasain kenikmatan
orgasme lagi…”
“Iya, aku Naya, mamanya Mitha…” ujar Naya singkat
“Yakin… kamu tante Naya? ”
“Iya…emangnya kenapa?”
“Abisan…. Kok sekarang tingkah lakunya mirip pelacur?”
“Aku bukan pelacur… aku mamanya Mitha…”
“Aku bukan pelacur… aku mamanya Mitha…”
"Ahh… kamu
bukan mamanya Mitha… kamu pasti pelacur…” canda Udin lagi sambil kembali
menjauhkan batang penisnya dari mulut Naya. “Soalnya cuman pelacur yang mau
nyepongin kontolku…”
“Udiinnn…..siniin…”
“Ngaku dulu donk.. kamu pelacur apa bukan…?
Kalo kamu bukan pelacur, kamu ga boleh nyepong kontolku…” goda udin lagi.
"Iyaaaa… Aku pelacur… aku bukan
mamanya Mitha…" kata Naya
“Sekarang.. kesiniin kontolmu…” tambah Naya sebelum akhirnya menerkam panjang
Udin ke dalam mulutnya.
Lidah Naya segera berlari kesana-kemari,
menjilati batang penis ojek kampung itu hingga benar-benar bersih dari lumuran
sperma dan lendir vaginanya. Melumati kepala penis pacar putrinya sambil sesekali
menyedot lubang kencing itu kuat-kuat hingga tak tersisa setetes sperma sedikit
pun.
Ini adalah seks oral pertama yang pernah ia
lakukan. Bagi Naya, seks oral adalah persetubuhan yang jorok, kotor dan penuh
kenajisan. Sudah berulangkali Loddy mengajak Naya untuk melakukan seks oral,
tapi Naya tak pernah sekalipun mengabulkan ajakan suami tercintanya.
Namun anehnya, malam ini Naya begitu antusias
untuk mencoba melakukan oral seks yang tak pernah ia sukai dengan orang yang
sebelumnya ia benci. Naya melakukan oral seks dengan Udin, ojek kampung bau
yang memiliki batang penis ekstra besar.
"Tante tuh
salah satu pelacurku.." ujar
Udin sambil kembali memaju mundurkan kepala Naya kearah Batang penisnya.
"Tante… Aku
mau ngentotin tante lagi..." Ucap Udin singkat
sambil mencabut penisnya yang sudah kembali tegang dan memukul-mukulkannya ke
mulut Naya.
“ Tante… emangnya tante selalu sebinal ini?”
Tanya Udin.
“Enggak… Tante tak pernah seperti ini… sebenarnya tante malu, tapi masa bodoh…”
“Yaudah…
kalo gitu sekarang tante telentang….” Ucap Udin sambil mencabut batang penis
panjangnya dari mulut Naya.
“Bentaran
Din… aku belum puas ngenyot-kenyot kontolmu… kesini’iiiiiinnnn…” pinta Naya
binal sambil menggapai-gapai kea rah Udin.
Udin
sama sekali tak menggubris permintaan Naya. Ia segera menuju kearah tubuh bawah
Naya. Dengan tegasm Udin meminta Naya untuk membalikkan tubuhnya yang semula
telentang menjadi tengkurap. Dan dengan cekatan, Udin mengangkat pinggang Naya
guna memposisikan Naya supaya nungging.
“Aku
mau DOGGY tan…” ujar Udin santai sambil mulai menepuk-tepukkan batang hitam
kemerahan yang ada di pangkal selangkangannya dengan bersemangat.
“PEK…PEK…PEK
…” suara yang dihasilkan dari tumbukan batang penis Udin dan vagina basah Naya.
“Basah
bener memek kamu tante…. Udah sange banget ya?
“Hhhmmm…Ho’oh…”
“Kontolku
ini akan memuaskan dirimu lagi malam ini…”
Perlahan-lahan,
Udin mendorong kepala penis hitamnya masuk ke dalam celah kenikmatan Naya.
“Pelan-pelan
din… sakit….” Rintih Naya manja.
“Tenang
tante… Tahan dikit…. Ntar pasti enak lagi…”
“Oooouuuhhh….
Pelan-pelan diiiinnnn….”
“STOP
DIN…. Stop…. Memekku terasa begitu penuh…”
“Laaaaahh….
Tapi khan batang kontolku belum masuk semua tan?”
Kalimat
Udin kembali menyadarkan Naya, jika melakukan persetubuhan dengan posisi doggy
ini membuat batang penis Udin yang ekstra besar ini terasa jauh lebih panjang jika
dibandingkan melakukan persetubuhan dengan gaya biasa.
“Serius?....
“ Tanya Naya seolah tak percaya.
“Beneran
tan… nih…” kata Udin yang langsung melesakkan batang penisnya hingga mentok.
“Ooouuugghhh….
Besar sekali kontolmu din….”
“Memangnya
kontol suami tante tak seperti ini ya?”
“Setengahnya
pun tak sampe Din….”
“Hahaha…
“
Ketika
Udin kembali mencoba melesapkan batang panjangnya dalam-dalam. Serangkaian orgasme dalam
vagina Naya pun langsung terbangun kembali. Dia tidak pernah merasakan
kenikmatan seperti ini dalam lima belas tahun pernikahannya.
Orgasme yang tiap kali ia rasakan ketika
bersama Loddy, suaminya, terasa begitu kecil, sangat jauh berbeda dengan
orgasme yang diberikan oleh Udin. Dan bedanya lagi, walau telah beberapa menit
lalu Naya baru saja diberi orgasme oleh Udin, orgasme itu tak segera
menghilang. Orgasme itu selalu ‘mengetuk’ dinding vagina Naya setiap kali Udin
menggerakkan penisnya.
Semenit, dua menit, tiga menit.
Orgasme dari Udin tak juga kunjung berhenti. Naya
mengalami Multi orgasme.
“Bentar Din…. Bentar….. jangan buru-buru
nyodokin kontolnya…”
“Kenapa tan?”
“Aku masih pengen ngerasain kedut-kedutan orgasme barusan…”
“Hahahaha… “ Lagi-lagi Udin tertawa terbahak-bahak…” Tante mirip ama perawan deh, kayak nggak tahu apa-apa…”
“Aku masih pengen ngerasain kedut-kedutan orgasme barusan…”
“Hahahaha… “ Lagi-lagi Udin tertawa terbahak-bahak…” Tante mirip ama perawan deh, kayak nggak tahu apa-apa…”
“Ahhh Udin… khan tante juga pengen ngerasain
enaknya kedutan itu…”
“Hahaha… kalo sama Udin, tante bakal terus ngerasain
kedutan itu kok tan… tenang saja… tante bakal ketagihan terus…”
Udin kembali mempergencar sodokan batang
penis pada vagina ibu satu anak itu. Makin lama makin kencang dan cepat. Hingga
kedua insan yang sedang dilanda nafsu birahi ini kembali melenguh-lenguh
keenakan.
“Gimana rasanya kontol Udin tan….?” Tanya
udin sambil terus mempercepat tumbukan batang penisnya dalam-dalam ke celah
kenikmatan Naya.
“Sssshh… enak Din…. Enak banget…” rintih Naya
Merasa Naya sudah dimabuk birahi, tangan hitam Udin dengan
perlahan mulai meremas pipi pantat
Naya, mengusap dan terkadang menepuk pelan.
“Goyangan pantatmu sungguh seksi tan…”
“OOooouuhh… sodokan kontolmu juga nikmat Din…”
“CPEK…CPEK…CPEK…” Suara sodokan demi sodokan yang
sudah tak lagi terhitung jumlahnya, terdengar begitu membahana. Berisik sekali.
Walau saat ini Naya sedang berada di kamar
Mitha putrinya, Naya seolah tak peduli. Ia terus melenguh dan mengembik
keenakan. Naya pun seolah tak peduli jika seandainya Mitha dapat mendengar
persetubuhan ibunya yang dilakukan ketika ayahnya tak berada dirumah.
Lagi-lagi, Naya hanya memikirkan satu hal. Ia
hanya ingin mendapatkan kenikmatan dan kepuasan maksimal dari penis ojek
kampung ini.
Berulang kali, Naya melenguh dan
menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengimbangi kenikmatan yang diterima
oleh liang vaginanya. Hingga tiba-tiba, Udin
meluncurkan
salah satu ibu jarinya turun kedalam
lubang anus
Naya.
Naya yang merasa tekanan pada lubang pantatnya
langsung menghardik lirih.
"Hei Udin…. Itu… Itu lubang pantatku."
"iya… Udin tahu tan…." Ujar Udin santai sambil terus menggelitik lubang anus Naya dengan mendorong ke bawah ibu jarinya masuk lebih dalam.
Pada awalnya Naya merasa sangat tidak nyaman dengan apa yang ibu jari Udin lakukan pada lubang anusnya, namun karena gelijang kenikmatan pada vaginanya semakin menggila, akhirnya Naya membiarkan ibu jari ojek kampung itu bermain-main di dalam lubang anusnya.
"iya… Udin tahu tan…." Ujar Udin santai sambil terus menggelitik lubang anus Naya dengan mendorong ke bawah ibu jarinya masuk lebih dalam.
Pada awalnya Naya merasa sangat tidak nyaman dengan apa yang ibu jari Udin lakukan pada lubang anusnya, namun karena gelijang kenikmatan pada vaginanya semakin menggila, akhirnya Naya membiarkan ibu jari ojek kampung itu bermain-main di dalam lubang anusnya.
Malah, sekarang Naya mulai menyukai gelitikan
ibu jari itu.
Orgasme kedua setengahnya pun mulai datang.
Dan seolah lupa akan rasa risih yang diterima Naya pada anusnya, Naya yang
merasa orgasmenya akan datang beberapa saat lagi, kembali berteriak-teriak
histeris.
"Ya Tuhan, Udin…
entot tante Dinn….colok bo’ol tante… sodok Din… Sodoookk…”
Ttak mensia-siakan permintaan nakal Naya, Udin segera mendorong ibu jarinya masuk dan keluar dari lubang pantat Naya, seiring dengan sodokan batang penisnya
“Ooouuuhhh… aku keluar lagi Diinnn….”
Satu orgasme sempurna tampaknya tak mampu
dibendung Naya. Menyebabkan Naya tumbang kedepan, merangsek lembutnya kasur
dengan sprei yang tak terpasang rapi.
Melihat Naya yang kelelahan, Udin mencabut
penis dan ibu jarinya. Namun
"Jangan dicabut Din…" bisik Naya dengan nafas yang tersengal-sengal ke Udin.
"Jangan dicabut
Din.. Lagi…Jangan pernah sekalli-kali
mencabut jempolmu dari bo’olku…." Suaranya begitu lembut, hingga
saking lembutnya, Naya tidak yakin Udin bisa mendengarnya.
"Lagi din…
lagi..."
ketika gelombang kedut orgasme Naya mulai mereda, Naya segera melonggarkan otot pantatnya dan menyodorkan lubang anus itu ke Udin.
ketika gelombang kedut orgasme Naya mulai mereda, Naya segera melonggarkan otot pantatnya dan menyodorkan lubang anus itu ke Udin.
“Sodok bo’olku Din…” ujar Naya. Entah
darimana ide buruk itu, tapi Naya sepertinya sama sekali tak menghiraukan.
“Sodok Diiinnnn….”
Udin tak mengira akan efek dari gelitikan ibu
jari pada lubang anus Naya akan menjadi seperti ini. Ojek kampung ini merasa
begitu beruntung. Ia sama sekali tak menyangka akan mendapat partner seks yang
sebinal ibu satu anak ini.
“PLOP….” Suara batang penis Udin ketika
tercabut dari kenyotan dinding vagina Naya.
Segera saja Udin membawa kemaluannya mendekat
kearah lubang anus Naya yang masih kuncup saking ketatnya. Dengan penis
yang masih berlumuran campuran sperma dan lendir kenikmatan ibu satu anak ini,
Udin mulai melesakkan kepala penisnya ke dalam lubang anus Naya.
"Anjriiitt… tante, lubang bo’olmu sempit sekali..” jerit
Udin
Naya
mendesis lirih…
“Terus
Dinnn…”
Semula, Naya yang masih dalam kondisi orgasme
berpikir jika Udin menyodok lubang anusnya dengan ibu jarinya, akan tetapi
begitu batang kecil itu mulai masuk, ternyata pemikiran Naya salah. Yang Udin
tusukkan ke lubang anus Naya bukanlah ibu jarinya, melainkan kepala penis Udin
yang berukuran ekstra besar.
"Ya Tuhan… Udin…
yang kamu masukkin bukan ibu jari kamu?”
“Shhh… Tan… enak banget…”
“Hhheeeggh… stop Din.. stop… besar banget…. Bool tante bisa sobek Dinn… Stoppp…”
“Hhheeeggh… stop Din.. stop… besar banget…. Bool tante bisa sobek Dinn… Stoppp…”
"Ooouuhh… ketat sekali tantee… " gerutu Udin
"Bentar
lagi juga bakal terasa enak..”
"Tidak Din… tidak
… kontolmu kegedhean Din " Mata Naya
tergulung keatas
karena menahan rasa sakit yang mendera
lubang anusnya.
Merasa penolakan yang amat gencar dari Naya, mau
tak mau membuat Udin harus memutar otak. Dan seketika, Udin mendapat jalan
keluar itu.
"Coba
bentar ya tan… Udin juga pengen ngerasain enak…” pinta tukang ojek mesum itu.
“Enggak Din… aku udah ga kuat sama sakitnya…”
“Coba nikmatin aja dulu tante… Udin khan
pengen nyobain enaknya ngentotin bo’ol mamanya Mitha…”
“Rasanya perih banget Din… Ga enak…Saaakiiiiit …”
“Rasanya perih banget Din… Ga enak…Saaakiiiiit …”
“Yaudah…. Kalo gitu Udin pengen nyobain di
bo’ol Mitha aja…”
Mendengar kalimat Udin barusan, Naya merasa
bimbang. Entah pemikiran darimana, Naya mendadak merasa cemburu pada Mitha
putrinya. Tak seharusnya ia memperoleh lelaki dengan penis yang sangat
memuaskan seperti ini. Udin harusnya hanya milik Naya seorang. Udin tak boleh
bersama Mitha.
"Jangan
Din…!" Ujar
Naya dengan nada emosi
yang bingung.
Naya berpikir jika kalimat
“Jangan” barusan jalan tidak untuk melindungi putrinya dari
kebrutalan penis Udin. Naya menipu dirinya sendiri hingga batinnaya
membenarkan perselingkuhan nikmat ini.
"Jangan
Din… Jangan…. Sodok bo’olku aja Din… Jauhkan kontolmu dari pantat Mitha..." Pinta Naya
sambil mendorong paksa pantatnya kembali tertusuk penis besar
Udin.
“Serius
tan…?” Tanya Udin yang tak percaya jika trik tentang Mitha selalu saja
berhasil.
“Iya
Din… Jangan entotin bo’ol Mitha… entotin aja bo’olku Din…”
"Hahahaha…”
Udin kembali tertawa senang. “Tante Nayaku.. Kamu memang pelacur murahan… Udin
benar-benar beruntung bisa mendapatkanmu…”
“Udah-udah… Ntar aja rayu-rayuannya… sekarang
buruan sodok bo’olku…”
“Kamu memang hot tan… benar-benar hot.. "
Udin yang merasa mendapat persetujuan Naya,
mulai melanjutkan pengeboran penisnya. Batang penis yang sudah setengah
tenggelam ke dalam anus Naya, mulai ia paksa masuk kembali.
“Apa yang terjadi pada diriku…? Apa aku sudah menjadi seorang pelacur murahan….?” Tanya Naya dalam hati.
Beberapa saat lalu, Naya adalah seorang istri yang setia. Istri yang memiliki harkat dan derajat yang tinggi. Istri selalu menjaga harga diri dan kehormatannya.
Namun, hanya karena luapan nafsu birahinya,
dalam waktu beberapa jam Naya telah berubah menjadi seperti seorang
pelacur. Yup. Istri sekaligus pelacur bagi orang lain. Istri yang telah menelan sperma lelaki lain. Istri yang telah
membiarkan penis lelaki lain menumpahkn sperma dalam vaginanya. Istri yang
telah mencoba menikmati seks anal. Istri yang selalu haus akan kepuasan
seksual.
“Aku memang pelacur murahan… aku memang
selalu haus akan kenikmatan seksual…”
Naya yang semula hanya berdiam diri, sekarang
mencoba merasakan kenikmatan dari anal seks bersama tukang ojek langganannya
itu. Dengan masih dalam posisi pantat yang menungging, Naya berusaha menstimulus
titik rangsangnya sendiri. Naya tak mau dirasa seperti gedebog pisang yang diam
saja ketika ditusuk tongkat wayang.
Sementara Udin masih menyodokkan penis pada
lubang anusnya dengan brutal, Nayapun tak mau kalah, karena ia mulai
memperkerjakan kedua tangannya. Tangan kiri Naya memilin putting payudaranya
dan tangan kanan mengobel vaginanya.
“OOuuugghh….Udin… aku mau keluar lagi…” desah Naya yang semakin mempercepat kobelan jemari lentik pada vaginanya.
“Udin juga tante... Udin udah ga sanggup lagi nahan enak
ini...” balas Udin yang juga menggerak-gerakkan goyangan pinggulnya dengan
brutal.
“Sodok yang kenceng Din... sodok terus...”
Tangan kiri Naya yang semula pinta memilin puting
payudaranya, berpindah ke pantat Udin. Dan memintanya untuk menyodok-nyodok
lubang anusnya dengan lebih cepat lagi.
“Terus Din.. Terus....” Jerit Naya beringas, hingga
akhirnya...
“Aku keluar Din..... aku keluar...” jetir Naya histeris,
disertai dengan cengkraman jemari tangan kirinya pada pantat hitam Udin
Tak perlu waktu lama bagi Udin untuk bisa
sampai pada puncak kenikmatannya. Karena segera saja, tumpahan sperma dari
batang panjang ojek kampung ini membanjiri rongga anus Naya dengan sperma panasnya.
Sperma yang memenuhi pantat Naya langsung meluap-luap
keluar dari lubang anusnya. Mengalir turun seiring tarikan Udin ketika
mencabut kemaluannya keluar. Walau
ini adalah ejakulasi Udin yang kedua, mash sempat-sempatnya ia menembakkan beberapa tetes air mani ke pantat,
punggung dan rambut Naya.
Karena merasa begitu lelah, tubuh Udin yang masih berada
dibelakang Naya melemah dan ambruk ke
depan. Menabrak punggung Naya
lalu tergolek lemas tak berdaya. Selama beberapa saat mereka saling tindih, saling
melekatkan tubuh antara satu dan lainnya. Nafas kepuasan mereka berdua kejar-kejaran
dan cucuran keringat membasahi keduanya.
Sebenarnya Naya sama sekali tak menyukai acara
tempel-tempelan badan seperti ini. Badan yang bermandikan keringat, lendir
vagina dan sperma seperti ini. Tapi mungkin karena Naya sama sekali tak
memiliki tenaga lagi untuk bergerak, dengan terpaksa, ia merelakan tubuh mungil
langsingnya tertindih oleh badan bau Udin.
Kondisi kamar yang sebelumnya bising karena lenguhan dan teriakan
kenikmatan mereka,
mendadak menjadi sunyi
senyap. Hanya menyisakan suara desahan nafas dan detak nadi kepuasan yang mencoba
memulihkan diri.
“Bo’olmu begitu enak tan.. sempit dan legit...” puji Udin
sambil menjatuhkan dirinya ke samping tubuh Naya.
Naya yang sedari tadi masih dalam posisi telungkup, karena
merasa pegal akan himpitan pada payudaranya, akhirnya menelentangkan badan
juga. Sambil menatap langit-langit kamar, ia menjawab kalimat Udin dengan pertanyaan.
"Berapa umurmu Din?" Tanya Naya
sambil tangan nakalnya meraba
tubuh Udin guna mencari-cari batang panjang lembek milik Udin. Dan begitu batang itu dapat ia temukan,
secara tak sadar jemari lentiknya mulai mengurut batang itu dengan perlahan.
"Dua puluh tahun tan…"
“Udah berapa banyak wanita yang telah kamu
tidurin…?”
“Wanita? Remaja atau ibu-ibu?”
“Berarti sudah sangat banyak ya Din…?”
Udin tak menjawab pertanyaan terakhir Naya.
Ia hanya menoleh ke arah pemilik
suara indah itu, tersenyum dan
mengecup kening Naya.
“Kamu suka Mitha Din?” tanya Naya lagi
“Suka tan.... Udin suka banget ama dia…” jawab Udin.
“Kamu udah tidurin dia?”
Mendengar pertanyaan Naya barusan. Penis
lembek Udin tiba-tiba mulai mengeras, perlahan makin keras seiring urutan yang dilakukan jemari tangan Naya.
“Belum sih tan … tapi rencananya begitu …” Ujar Udin malu-malu. "Aku akan menidurinya... Dan
kuharap, pelayanan seks Mitha sehebat tante..."
“Kapan…? Din...”
“Bego banget sih kamu Naya...” batin ibu satu anak ini.
Pertanyaan barusan, mungkin
pertanyaan terbodoh yang pernah seorang ibu lontarkan kepada pacar anaknya. Karena Naya tahu, cepat atau lambat, ojek kampung ini bakal mengambil
keperawanan putri satu-satunya itu.
Lagi-lagi, Udin tak menjawab pertanyaan Naya ini, ia
kembali mengecup kening Naya.
“Aku tak tahu tan… secepatnya...”
“Secepatnya...?”
“Iya tan... secepatnya... karena beberapa hari lalu Mitha
sendiri yang minta Udin untuk
segera mengambil
keperawanannya...”
“Serius Din...?”
“Iya... Anak tante
benar-benar binal…. Udin yakin
tan... Jika
kelak Mitha dewasa,
dia akan menjadi pelacur kelas atas…”
Sejenak Naya tak bisa membayangkan akan perkataan Udin
barusan. “Pelacur kelas atas....”
"Rencananya... Mungkin Udin bakal nidurin anak tante minggu depan...”
“Hhhh....” Naya tak menjawab, ia hanya bisa menghela
nafas panjang. Ia tahu, tak mungkin baginya untuk menyurus Mitha atau Udin guna
menunda persetubuhan itu. Karena Mitha dan Udin sedang cinta-cintanya. Dan ketika
muda-mudi sedang dilanda cinta, tak ada satupun hal yang bisa menghalanginya.
“Tapi sepertinya Udin bisa kok memperawani Mitha setelah dia
menginjak usia delapan belas tahun, asal...” Udin menghentikan kalimatnya dan menatap Naya
dalam-dalam.
“Asal apa Din....?”
Udin tersenyum lebar sambil mencubit puting payudara Naya
“Asal.... Kontol Udin selalu mendapat kepuasan dari pemilik pentil ini... yah
sampai waktu itu datang....”
“Sampai
Mitha menginjak delapan belas tahun ya Din...?”
“Iya tan... hingga tiga tahun kedepan....”
Mendengar rencana ojek kampung itu, Entah kenapa Naya
merasa agak sedikit lega. Ibu satu anak ini merasa jika apa yang baru saja
dikatakan oleh Udin, adalah merupakan petunjuk yang dapat Naya gunakan melindungi
keperawanan Mitha dari Udin. Sekaligus supaya dirinya dapat menikmati
persetubuhan ini hingga putrinya dewasa.
“Ini salah... ini gak bener...” Batin Naya kembali
bergejolak.
“Aku harus menghentikan ini semua .... hal ini sama
sekali tak boleh lagi dilanjutkan...” Pikir otak sehat Naya.”Namun...”
“Okelah kalo begitu... tante hargai keputusanmu... dan
sebagai imbalannya...”
Naya beranjak bangun dari posisi telentangnya, tubuhnya meluncur
turun ke arah kaki tempat tidur dan bergerak ke arah selangkangan Udin.
Dengan penuh kasih sayang, Naya mencium ujung kepala
penis ojek kampung itu. Dan sebelum Naya mencaplok penis Udin, kembali ia
berkata “Kamu boleh menikmati tubuhku Din... hingga tiga tahun
kedepan...”
4 komentar:
wow,cerita yg sanggat menggairahkan...
klo bsa seminggu sekali ceriata kyk gini... :)
ahirnya setelah di tunggu muncul jg cerita nya ...???
Tp itu kisah beneran pa bukan tante ...
raflygatel
susah say buat fokus nulis cerita" seperti ini, baru nulis beberapa paragraf aja udah langsung cenud" :p
andiep
kisah beneran atau bukan, tak usah lah dipedulikan, yang penting kalian seneng
*berbagi pengalaman itu seru loh...
Mia
Iya,kisahnya sangat menarik tp jg mengenaskan .. :D
Posting Komentar