Setelah ribuan kali mengalami orgasme palsu, Marissa Sumardi,
menelungkup jatuh ke hamparan kasur tebalnya. Henry Sumardi, suami tercintanya
terbaring dengan seringai kepuasan bak seorang idiot di wajah bulatnya. Dengan
satu tangan, marrisa mengusap lendir yang saat ini keluar dengan deras dari
celah kenikmatannya. Lendir yang hanya dikeluarkan oleh suami lemahnya. Oleh
karenanya, marrisa sama sekali tak khawatir akan kehamilan.
Walau Henry dan marrisa hanya terpaut sekitar 5 tahunm, namun banyak
orang yang mengira jika mereka berdua adalah ayah dan anak. Marissa bertubuh
langsing berambut hitam panjang dengan buah dada berukuran D, yang membusung
maju kedepan. Ia sengaja mati-matian menjaga bentuk tubuhnya sehingga dapat
terlihat beberapa tahun lebih muda daripada usianya yang mulai menginjak angka
35 tahun.
Hal yang jauh berbeda, terlihat pada Henry. Tubuh Hendry begitu mungil
jika dibandingkan dengan tubuh tinggi marissa, Hendry hanya memiliki tinggi
sekitar 155 cm.
perut buncit dengan rambut dada yang selalu ia banggakan. Marissa sadar
jika pilihannya selama ini ternyata memang salah. Rambut dada, ternyata
bukanlah jaminan seorang pria bakal memuaskan dahaga birahinya di ranjang.
Karena setelah Marissa tahu, ternyata penis Henry, tak lebih besar daripada
sepotong daging sosis yang biasa ia masak buat Dino, putra kesayangannya.
Alasan kenapa Marissa menikahi Henry, tak lain hanyalah sebatas materi
semata. Karena terbukti setelah beberapa bulan Marissa menikah dengan Henry,
kelakuan asli Marissa mulai Nampak.
Sudah beberapa kali, dalam masa pernikahannya selama ini, Marissa menjalin hubungan dengan lelaki lain.
Bermula dari saudara teman dekat Marissa, teman lama waktu kuliah, kurir
pengantar paket, hingga dengan beberapa karyawan suaminya.
Namun dari kesemua lelaki yang pernah diajaknya berhubungan, tak
satupun dari mereka yang berani untuk melangkah lebih jauh dari sekedar teman
jalan. Marissa merasa, hidupnya bakal sia-sia , terlebih dengan orgasme palsu
seperti yang ia dapati beberapa menit lalu.
Seperti biasa, setelah mendapatkan kepuasan bersetubuh dengan istri
cantiknya, Henry mendengkur dengan kerasnya. Dengan perlahan, Marissa melangkah
kea rah lemari pakaian, dan mengambil sebuah benda yang selalu ia gunakan untuk
memuaskan kebutuhan birahinya yang selalu tak kesampaian.
Marissa keluar dari kamar tidurnya dan menuju ke kamar mandi luar yang
berada di samping kamar tidur anaknya. Saat itu, hanya satu hal yang Marissa
inginkan dapatkan, yaitu kepuasan birahi dengan cara bermasturbasi.
Dan, dengan dildo 15 cm yang sudah ia genggam erat di tangan, Marissa
mengendap perlahan menuju kamar mandi.
Namun, ketika Marissa akan membuka pintu kamar mandi, ia mendapati
sesuatu hal yang memalukan, yang bakal merubah hidupnya.
Dino, putra satu-satunya yang berusia 15 tahun, sedang asyik-asyiknya
bermasturbasi di dalam kamar mandi. Sepertinya Dino lupa untuk menutup pintu
kamar mandi rapat-rapat, sehingga orang lain bisa menyaksikan apa yang sedang
ia lakukan di dalam kamar mandi.
Marissa tau, jika seharusnya ia langsung menegur Dino karena
kecerobohanya, namun entah apa yang menahan ibu satu anak ini untuk melakukan
apa yang seharusnya seorang ibu lakukan kepada anaknya. Marissa hanya berdiri
terdiam di depan celah pintu kamar mandi dan mencoba merekam semua gerak gerik
anak semata wayangnya. Terlibih, kondisi rumah saat itu gelap gulita, Marissa merasa
sedikit tenang. Ia merasa jika anaknya tak akan mengetahui posisinya berada
saat itu.
Karena penasaran Marissa mengintip kedalam kamar mandi guna mencari
tahu akan benda yang sedang Dino cekik dan kocok dengan ganasnya.
“ASTAGA…..” pekik Marissa lirih. “Titit Dino besar sekali …” ujar Marissa
dalam hati.
Mendadak, Marissa langsung membandingkan dengan batangan dildo yang
sedang ia bawa. Dan setelah dilihat-lihat, dildo ini sama sekali bukan
tandingan batang penis putranya.
Dentak jantung Marissa langsung berdebar tak menentu. Vaginanya
membasah, dan mukanya memerah. Birahi Marissa kembali bergejolak.
Marissa horny, Marissa sange.
Dan, belum lagi Marissa terkejut akan masturbasi yang dilakukan oleh
putra satu-satunya, ia kembali dikejutkan oleh hal yang mungkin tak dapat ia
bayangkan sebelumnya.
“Terima sodokanku Mii… Terima sodokan kontol besar anakmu ini…” ucap Dino
dengan diiringi oleh gerak kocokan tangan kanannya yang semakin lama semakin cepat.
Saking cepatnya kocokan tangan Dino, Marissa dapat melihat dengan jelas
siksaan yang dilakukan anaknya kepada daging panjang yang ada diantara
selangkangannya.
Kepala batang penis Dino terlihat sangat merah , bahkan cenderung ungu,
dengan mulut penis yang sudah mengkilat-kilat akibat air mani yang sudah banyak
keluar. Urat-urat yang menonjol tak karuan. Dan busa sabun yang sudah begitu
banyak meleleh hingga ke lantai menandakan jika pelampiasan nafsu anaknya itu
sudah begitu menggebu.
Hingga pada akhirnya pendakian Dino pada bukit kenikmatan itupun tiba.
“Ssshhh……MAMI….. Aku keluar Mi… Aku keluar…. Oooouuuugggghhh….. ”
Tujuh semburan lendir berwarna putih keruh, menyembur deras dari ujung
kepala penis Dino.
Semburan kuat yang terlontar begitu jauh.
Melihat hal yang begitu mengagetkan dirinya, Marissa tak sadar jika vaginanya
tak henti-hentinya mengeluarkan lendir kewanitaannya. Lendir vagina yang keluar
dikala wanita sedang dalam kondisi
birahi tinggi.
Walau tak disentuh oleh jemari tangannya, Marissa
sadar jika saat ini, celana dalamnya sudah benar-benar basah oleh lendir
kewanitaannya.
“Aku harus orgasme… Aku harus puas…” ujar Marissa yang setelah selesai
menyaksikan adegan masturbasi putranya. Dengan buru-buru Marrisa kembali ke
kamar tidurnya, ia seolah sudah tak mampu menahan birahi seksualnya yang begitu
menggebu.
“Selamat menikmati masturbasi
terakhirmu Mi… Karena setelah malam ini, anakmu inilah yang bakal memuaskan semua nafsu
birahimu…” Ujar Dino lirih sambil menatap ke celah pintu kamar mandi, tempat Marissa
tadi berdiri.
1 komentar:
Mbak Mia, Akun Twitternya sekarang apa ? Yg Naughty_mia kok hilang ? :(
Posting Komentar